Di
samping sejumlah antologi pengalaman Pengajar Muda di masa bakti mereka,
ternyata terbit pula buku harian seorang di antaranya. Ialah Bayu Adi Persada,
Pengajar Muda yang mengajar di Bibinoi, desa kecil di Kabupaten Halmahera
Selatan. Ia menjadi salah satu pengajar muda angkatan pertama hasil saringan.
Dari 1383 pelamar, hanya 51 orang yang lulus.
Impresi
pertama dari buku ini kurang mengesankan. Kisah dibuka dengan konflik keluarga
antara Bayu dan ayahnya karena ia memutuskan menjadi Pengajar Muda, bukan
mengejar karir di perusahaan ternama seperti yang diidamkan ayahnya. Bayu pun
berangkat ke Maluku dengan ganjalan di hatinya karena belum berhasil berdamai
dengan ayahnya.
Sesampai
di Bibinoi, Bayu yang bertekad memajukan desa pelosok yang terbelakang ini
pelan-pelan mulai mewujudkan visi Indonesia Mengajar di SDN Bibinoy. Dari
sinilah cerita mulai menarik. Bayu harus berhadapan dengan keterbatasan
Indonesia Timur seperti tidak ada jalan yang layak, listrik sering tewas hingga
sinyal telepon sayup-sayup, sampai permasalahan mental masyarakat. Ia sudah dua
kali kecurian uang, berhadapan dengan bocah-bocah nakal susah diatur, Kepala
Sekolah yang menggelapkan dan BOS, bahkan masalah pergaulan bebas yang
kebablasan. Satu per satu ia berhasil memecahkan permasalahan tersebut hingga
tinggal menyisakan kasus pencurian uang.
Dari
buku harian ini kita seolah kembali diingatkan potensi besar dari anak-anak
Indonesia Timur. Walaupun mereka masih bekerja membantu orang tua, kekurangan
gizi, terbatas bacaannya, dan kualitas sekolahnya lebih rendah dibanding Pulau
Jawa, tapi kecerdasan mereka sama bahkan ada yang lebih dibanding anak-anak di
Jawa. Perbedaan tingkat kemakmuranlah yang menjauhkan mereka dari pendidikan.
Anak-Anak
Angin, walau menggunakan diksi dan gaya bahasa sederhana, tapi mudah dipahami
dan cepat diingat. Ceritanya lekat dengan keseharian dan pembaca bisa cepat
mengkorelasikannya dengan kehidupannya sendiri. Ada nilai-nilai sederhana yang
dekat dengan keseharian di sana. Seperti keberanian bertindak tegas, keberanian
mengakui kelemahan, keberanian menentang otoritas yang melenceng dan kesediaan
untuk memberikan tongkat estafet kepada penerus misi.
Anak-Anak
Angin sangat direkomendasikan untuk dimiliki. Dengan harga yang kurang dari
50ribu, buku harian ini seolah mengingatkan kita bahwa pendidikan sains dan
karakter itu sama pentingnya untuk masa depan siapa pun.
Komentar