Langsung ke konten utama

Manusia Perlu Jeda

Saat sekolah kita diajarkan untuk selalu mengutamakan atau mengerjakan tugas terlebih dulu baru bersenang-senang. Semakin awal kita bisa merampungkan pekerjaan rumah semakin cepat kita bisa bermain basket atau menonton laga bulutangkis.
Semenjak lulus dari bangku sekolah dan mencicipi dunia kerja, kita dihadapkan dengan pola yang berbeda. Semakin cepat menyelesaikan tugas, kita justru dilimpahi tugas lebih banyak. Karena kita lebih cerdas dan produktif mengelola beban kerja dan waktu, kita justru dilimpahi tugas lebih banyak. Bayangan rekreasi di kebun buah atau naik roller coaster langsung lenyap saat tugas baru dilimpahkan, persis seusai kita merampungkan tugas “normal”. Walau sebal kita wajib menerima, meski seringnya tugas ini bukan job-desc kita.
Saat itulah kita tersadar bahwa dunia sekolah dan dunia kerja adalah dua hal yang berbeda. Kita tidak bisa liburan atau refreshing seusai menyelesaikan tugas. Sebaliknya, tugas-tugas baru menanti. Kita kemudian merutuki kemalangan kita, menyesali peluang liburan yang tersia-sia karena kita memilih untuk mengerjakan tugas demi mengejar tenggat waktu.
Sebaiknya kita tidak mengorbankan jeda jam kerja, waktu libur akhir minggu atau cuti tahunan hanya demi mengerjakan tugas. Libur, cuti dan istirahat adalah hak kita. Perusahaan atau kantor sengaja memberi kita jeda dari pekerjaan agar pikiran dan tubuh bisa beristirahat.
Kalau direnungkan lebih dalam, pekerjaan baru selalu datang, secepat apapun kita mengerjakan tugas sebelumnya. Tugas datang seolah tidak ada habisnya, membuat kita lelah dan kehabisan nafas. Saat itulah kita butuh ruang untuk menjauh sebentar dan menyegarkan diri. Salah satu caranya: ambil cuti atau berlibur. Beberapa jam tidur siang dan bermalas-malasan di rumah atau dua hari berlibur di tempat wisata bisa menyegarkan pikiran dan tubuh dari beban yang menghimpit sehari-hari. Ingat satu hal: lupakan semua tentang pekerjaan dan tugas saat sedang berlibur.

Ambillah jeda barang sejenak. Beristirahatlah. Berliburlah. Bersenang-senanglah. Hidup ini terlalu singkat untuk dihabiskan hanya dengan bekerja. Nikmatilah hidup selagi bisa. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bagus Serap Air

    Konsekuensi dari tinggal di kamar kos dekat pohon besar adalah kamar yang lembab. Begitu pula dengan kamar saya. Tepat di depan kamar menjulang pohon mangga. Kaum tetumbuhan setiap malam rajin mengeluarkan karbon dioksida dan uap air sepanjang hari. Tidak heran kamar saya menjadi lembab, rentan jamur, baju dan buku terancam lapuk.     Untuk itulah saya memerlukan desiccants alias penyerap lembab yang dapat menyerap uap air dengan kuat. Saya pun mencoba Bagus Serap Air varian 450 ml sekali pakai. Bahan Aktif yang digunakan ialah butiran kalsium klorida (CaCl). Hasilnya? Dalam waktu 30 hari satu wadah penuh terisi cairan air dan garam yang berasal dari kelembaban di kamar saya.

Teh Tarik

Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, minuman bernama teh tarik ini bisa dibilang barang baru. Minuman yang berasal dari campuran teh hitam dengan susu ini baru dikenal awal tahun 200an, saat beberapa restoran menawarkan menu-menu ala negeri jiran, terutama Malaysia dan Singapura. Teh tarik biasa disajikan bersama roti bakar dan wafel di restoran-restoran ini.     Teh tarik sering rancu diartikan sebagai teh susu. Walau benar sebagian, ada perbedaan kecil antara teh tarik dan teh susu. Teh tarik adalah teh susu yang dituang bolak-balik di antara dua gelas besar sehingga menghasilkan cita rasa yang khas. Teh susu yang biasa disajikan di booth-booth berbagai merek teh biasanya hanya teh hitam dicampur susu yang dikocok beberapa saat dengan es batu.

Istilah Kuliah : Share Swap (Tukar Saham)

Beberapa minggu yang lalu bursa saham dihebohkan oleh kegiatan share swap yang dilakukan Telkom (melalui anak perusahaannya, Mitratel) dengan Tower Bersama Infrastructure (TBIG). TLKM akan menukar 49% kepemilikannya di Mitratel dengan kepemilikan 5.9% atas TBIG. Detailnya: TLKM (pasca transaksi) punya 5.9% hak kepemilikan atas TBIG, sedangkan TBIG punya 49% kepemilikan di Mitratel. TLKM menyerahkan kepemilikan atas 49% saham Mitratel dengan kepemilikan atas 5.9% saham TBIG.