Melihat kesuksesan PolyGlu di Bangladesh, saya jadi berpikir, mungkinkah hal yang sama bisa dilakukan di Indonesia? Atau di proyek-proyek sosial lain? Selama ini proyek bantuan sosial kurang sustainable karena masyarakat yang jadi sasaran tidak dilibatkan. Pemberi bantuan (LSM & Pemerintah) merasa sebagai pihak yang lebih tahu dan lebih tinggi, menganggap penerima bantuan sebagai pihak pasif. Jika memakai pendekatan bisnis, pihak sekitar ikut dilibatkan. Mereka harus membayar, entah dengan uang, hasil pertanian, atau waktu untuk mendapatkan bantuan. Pemberi bantuan bertanggung jawab memberi penjelasan bahwa pertukaran ini jauh lebih murah dan bermanfaat bagi penerima bantuan atau masyarakat dibanding saat belum ada bantuan. Bahkan jika fasilitas fisik sudah terbangun, penduduk sekitar bisa diberdayakan untuk menyebarkan manfaat bantuan tersebut.
Books, Beauty,Finance and Products Review