Langsung ke konten utama

The Long Tail

   Buku karangan Chris Anderson berjudul The Long Tail merupakan salah satu buku tentang pemasaran dan pergeseran budaya dan selera konsumen di abad 21. The Long Tail menceritakan perkembangan pasar khusus (niche) yang didasari fakta bahwa tiap orang memiliki kebutuhan yang berbeda, bahwa tiap produk memiliki konsumennya sendiri, bahwa kelimpahan membuat orang memiliki banyak pilihan sesuai dengan tag The Long Tail : bagaimana pilihan tak terbatas menciptakan permintaan tak terbatas.
    The Long Tail menceritakan semakin berkembangnya industri, khususnya industri musik dan buku, membuat setiap orang mampu berkarya. Karya tiap-tiap orang mampu dinikmati masyarakat dengan bantuan teknologi internet seperti Google dan Youtube. Berlimpahnya produk dan karya membuat setiap orang bisa menentukan apa yang disukainya.

    Dibandingkan dengan masa 10 tahun yang lalu ketika internet belum merasuk seperti saat ini, sekarang distribusi produk dan karya seni lebih merata. Dulu konsumen bergantung kepada keberadaan produk fisik yang bisa mereka jumpai di toko-toko. Sekarang mereka bisa mendapatkan apapun yang mereka sukai lewat internet. Contohnya : Amazon menyediakan ratusan ribu judul buku yang bisa diakses melalui label (tag) dan iTunes menyediakan jutaan musik dari berbagai genre. Harga yang harus dibayar pun lebih murah daripada membeli produk fisiknya. Harga sebuah ebook atau mp3 kebanyakan kurang dari $10.
    Pasar yang didominasi produk massal masih terus akan ada walau pangsanya menurun dengan cepat. Konsumen pasar khusus jumlahnya memang tampak sedikit per kategori, namun karena kategori dan jenis pasar khusus sangat banyak membuat jumlah konsumen keseluruhan menjadi jauh lebih besar daripada pasar massal.
    Pasar produk khusus terkadang hanya ditemui di tempat dengan populasi manusia yang sangat besar, karena desa atau kota kecil yang populasi manusianya sedikit tidak menghasilkan permintaan yang cukup banyak untuk mendukung pasar khusus.
    Dalam buku ini Chris Anderson membandingkan toko online dengan toko fisik. Toko fisik cenderung menyediakan produk massal yang dibutuhkan orang sehari-hari dan dibutuhkan banyak orang. Toko online bisa menyediakan baik produk massal maupun produk khusus. Toko fisik unggul dalam ketersediaan barang yang dapat langsung dipegang dan dirasakan secara indrawi, tetapi biaya pengelolaan dan biaya-biaya lain sangat besar. Toko online unggul dalam hal harga (biaya penyusutan nyaris nol), distribusi, dan selera. Ia secara spesifik mendukung toko online karena keunggulannya dalam hal harga dan personalisasi selera.
    Pilihan tidak terbatas atau sangat banyak menguntungkan konsumen karena mereka bisa mencoba berbagai varian produk baru dan tidak terikat pada selera utama. Kebanyakan orang menyukai pilihan yang beragam. Yang mereka butuhkan hanya pemandu yang menunjukkan arah barang yang mereka cari. Di sinilah letak keunggulan toko online karena mereka bisa segera menawarkan barang yang kira-kira disukai konsumen tiap ia menelusuri halaman web toko online.
    Sebagai sebuah studi pemasaran dalam pergeseran budaya, buku ini membawa kita melihat fenomena e-commerce akhir-akhir ini. Toko-toko online seperti eBay, Blibli, Multiply dan sejenisnya mulai manjamur di sekitar kita. Produk yang mereka tawarkan lebih menyasar pasar ceruk (niche). Keuntungan utama dari berkembangnya toko-toko online ini adalah kita memiliki pilihan varian produk yang lebih banyak sehingga bisa mencoba dan mengetahui produk mana yang cocok dan sesuai kebutuhan kita. Buku ini menjelaskan fenomena ini beserta keuntungan yang dibawa toko online. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bagus Serap Air

    Konsekuensi dari tinggal di kamar kos dekat pohon besar adalah kamar yang lembab. Begitu pula dengan kamar saya. Tepat di depan kamar menjulang pohon mangga. Kaum tetumbuhan setiap malam rajin mengeluarkan karbon dioksida dan uap air sepanjang hari. Tidak heran kamar saya menjadi lembab, rentan jamur, baju dan buku terancam lapuk.     Untuk itulah saya memerlukan desiccants alias penyerap lembab yang dapat menyerap uap air dengan kuat. Saya pun mencoba Bagus Serap Air varian 450 ml sekali pakai. Bahan Aktif yang digunakan ialah butiran kalsium klorida (CaCl). Hasilnya? Dalam waktu 30 hari satu wadah penuh terisi cairan air dan garam yang berasal dari kelembaban di kamar saya.

Teh Tarik

Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, minuman bernama teh tarik ini bisa dibilang barang baru. Minuman yang berasal dari campuran teh hitam dengan susu ini baru dikenal awal tahun 200an, saat beberapa restoran menawarkan menu-menu ala negeri jiran, terutama Malaysia dan Singapura. Teh tarik biasa disajikan bersama roti bakar dan wafel di restoran-restoran ini.     Teh tarik sering rancu diartikan sebagai teh susu. Walau benar sebagian, ada perbedaan kecil antara teh tarik dan teh susu. Teh tarik adalah teh susu yang dituang bolak-balik di antara dua gelas besar sehingga menghasilkan cita rasa yang khas. Teh susu yang biasa disajikan di booth-booth berbagai merek teh biasanya hanya teh hitam dicampur susu yang dikocok beberapa saat dengan es batu.

The Last Ship

Sebuah virus yang lebih mematikan dari Ebola dan lebih menular dari SARS menyerang penduduk bumi. Belum ada vaksinnya. Penduduk dunia yang tewas karena virus bertambah dengan cepat dari hari ke hari. Harapan terakhir ada di pundak virolog Dr. Rachel Scott dan awak kapal USS Nathan James. Mereka berjuang mencari vaksin virus tersebut agar dapat segera diberikan kepada orang-orang yang terinfeksi. The Last Ship adalah tontonan yang tepat bagi wanita pencandu ketegangan tapi tidak ingin kehilangan hiburan wajah-wajah tampan. Marinir-marini kapal USS Nathan James adalah gambaran ideal pasukan angkatan laut. Taktis, kuat, gesit, lincah, serba bisa, dan lumayan punya rasa humor. Bagi para wanita, inilah salah satu serial yang memanjakan mata.