Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2014

Kualitas Kertas Koran

Saya tidak berlangganan koran, tapi ajeg membaca koran di perpustakaan. Entah koran nasional atau lokal, menggunakan bahasa Indonesia atau Inggris, semua saya baca. Selain kualitas artikel, tulisan dan grafis, ada hal lain yang menarik perhatian saya, yaitu kualitas kertas koran.

Jack Ryan Shadow Recruit : Kombinasi Teror Finansial dan Teror Klasik

image belongs to www.flavourmag.co.uk Apa yang terlintas di pikiran kita jika mendengar kata teror? Biasanya ledakan bom atau tembakan senjata. Kebanyakan film dan tontonan menekankan pada dua hal itu. Tapi Jack Ryan: Shadow Recruit berbeda. Perkenalkan teror finansial. Sebuah teror cara baru yang tidak melibatkan bakteri, virus, bom, senjata api ataupun senjata pemusnah massal. Jenis teror ini, dari namanya saja, dibutuhkan perencanaan, kecermatan, perhitungan dan tentunya dana finansial sangat besar. Tingkat kerusakan yang dihasilkan lebih besar dari senjata api. Orang-orang yang terkena akibatnya tidak akan mati, tapi hidup menderita seumur hayat.

The Power of Habit

Kita semua tentu pernah mendengar kalimat ini “pikiran membentuk tindakan, tindakan menjadi kebiasaan,kebiasaan membentuk perilaku dan perilaku membentuk takdir”. Untaian kata mutiara ini sering kali disebarkan melalui media sosial dan obrolan biasa. Tapi pernahkah kita memikirkan atau menelaah sains di balik untaian kalimat tersebut? Charles Duhigg menjelaskan dahsyatnya kebiasaan dalam karya terbarunya The Power of Habit. Mengapa kita melakukan sejumlah kebiasaan? Kenapa kita seolah terprogram melakukan beberapa hal berulang kali setiap hari? Misalnya bangun jam 4.00, makan pukul 6.00, bekerja dari jam 7 pagi hingga 5 sore atau berangkat tidur puku 9 malam? Semua itu ada penyebabnya. Ada bagian di otak kita yang mengatur terbentuknya kebiasaan dan memastikan kita terus mengulangi kebiasaan di saat-saat tertentu.

The Hunter by Asa Nonami

Apa kabar teman-teman? Rasanya sudah lama sekali saya tidak menulisi blog ini. Pertama karena kesibukan kuliah. Kedua tidak ada ide karena otak saya buntu. Hehehe. Sebetulnya saya ingin menulis tentang Piala Dunia, Pilpres atau sharing pengalaman kuliah. Tapi kita semua pasti bosan dengan berita yang itu-itu saja. Jadi kali ini saya meresensi sebuah fiksi karya pengarang Jepang, Asa Nonami, yang berjudul The Hunter alias Pemburu. Dari covernya , sekilas terkessan Hunter kering dan membosankan seperti karya pengarang-pengarang Jepang modern lainnya. Satu-satunya hal menarik adalah kata “kejutan besar” dari Washington Post Book World. Bahkan sinopsis singkat di sampul belakangnya kurang menarik perhatian pembeli. Untunglah ada satu eksemplar yang sudah dibuka segelnya sehingga calon pembeli bisa sedikit mengintip isinya. Dari membaca singkat satu dua paragraf saya memutuskan untuk membeli buku ini.

Game of Thrones vs Mahabharata

Saya sama sekali tidak punya ide untuk membandingkan kedua acara televisi yang sedang ngetop di Indonesia ini sampai muncul sebua tweet yang intinya berbunyi “George RR Martin akan memperkenalkan 140 karakter dan membunuh mereka satu per satu”. Di saat itulah saya teringat Mahabharata. Baik Mahabharata maupun Game of Thrones punya ratusan karakter, baik karakter utama maupun karakter pembantu. Jumlah karakter di Mahabharata jelas lebih banyak. Kurawa, Pandawa dan masing-masing sekutunya saja berjumlah lebih dari 200 orang, belum termasuk anak-anak mereka. Karakter di Game of Thrones sepintas tidak sampai 60 orang. Yang rutin muncul di tiap season kurang lebih cuma 20an karakter. Sesuai dengan tweet guyonan di atas, karakter-karakter di Game of Thrones memang dibunuh satu per satu. Di season keempat ini saja lebih dari 3 karakter utama sudah tewas. Beda dengan Mahabharata yang separuh lebih karakternya baru tewas di episode 210 ke atas, saat perang Bharatayudha. Tewasnya kar