Langsung ke konten utama

The Hunter by Asa Nonami

Apa kabar teman-teman? Rasanya sudah lama sekali saya tidak menulisi blog ini. Pertama karena kesibukan kuliah. Kedua tidak ada ide karena otak saya buntu. Hehehe. Sebetulnya saya ingin menulis tentang Piala Dunia, Pilpres atau sharing pengalaman kuliah. Tapi kita semua pasti bosan dengan berita yang itu-itu saja. Jadi kali ini saya meresensi sebuah fiksi karya pengarang Jepang, Asa Nonami, yang berjudul The Hunter alias Pemburu.
Dari covernya, sekilas terkessan Hunter kering dan membosankan seperti karya pengarang-pengarang Jepang modern lainnya. Satu-satunya hal menarik adalah kata “kejutan besar” dari Washington Post Book World. Bahkan sinopsis singkat di sampul belakangnya kurang menarik perhatian pembeli. Untunglah ada satu eksemplar yang sudah dibuka segelnya sehingga calon pembeli bisa sedikit mengintip isinya. Dari membaca singkat satu dua paragraf saya memutuskan untuk membeli buku ini.

Hunter dibuka dengan munculnya kasus kebakaran bangunan berlantai enam. Detektif senior Tamotsu Takizawa dan polisi dari satuan patroli sepeda motor Takako Otomichi terpaksa berpasangan untuk mengungkap kasus ini. Sementara mereka menyelidiki kasus pembakaran ini, pembunuhan berantai berlangsung di seantero Tokyo. Pelakunya diprediksi bukan manusia. Mereka berdua harus menyelidiki kaitan antara kasus pembakaran dengan pembantaian berantai ini.
Seperti halnya fiksi-fiksi karya pengarang Jepang lain yang pernah saya baca (karya Yasushi Inoue dan Haruki Murakami), Hunter dibuka dengan penggambaran iklim musim gugur khas Tokyo dan dialog minim. Untungnya sudut pandang orang ketiga yang bergeser antara Takizawa dan Otomichi membuat pembaca mudah memahami alur cerita dan konflik antar karakter. Bahasa sederhana dan penempatan jeda berupa koma dalam kalimat-kalimat membantu pembaca menyerap dialog dan jalan cerita.
Alur cerita di awal berjalan lambat. Namun seiring dengan semakin lancarnya penyelidikan semakin cepat alur berderap. Bahkan muncul kesan Nonami harus memperlambat alur di bagian klimaks untuk menjaga keruntutan cerita.
Dari segi thrill, Hunter betul-betul berhasil membuat saya betah membacanya tanpa berhenti dalam sehari. Nonami dengan cerdas menyusupkan petunjuk sedikit demi sedikit untuk menjaga rasa penasaran pembaca. Bahkan hingga kisah berakhir, ia mampu membuat pembaca penasaran tentang kasus terbaru Otomichi.

4 dari 5 bintang untuk Hunter yang bisa didapat seharga IDR 69 000. Hunter juga sudah diadaptasi menjadi film bioskop Korea berjudul Howling yang rilis 2012.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bagus Serap Air

    Konsekuensi dari tinggal di kamar kos dekat pohon besar adalah kamar yang lembab. Begitu pula dengan kamar saya. Tepat di depan kamar menjulang pohon mangga. Kaum tetumbuhan setiap malam rajin mengeluarkan karbon dioksida dan uap air sepanjang hari. Tidak heran kamar saya menjadi lembab, rentan jamur, baju dan buku terancam lapuk.     Untuk itulah saya memerlukan desiccants alias penyerap lembab yang dapat menyerap uap air dengan kuat. Saya pun mencoba Bagus Serap Air varian 450 ml sekali pakai. Bahan Aktif yang digunakan ialah butiran kalsium klorida (CaCl). Hasilnya? Dalam waktu 30 hari satu wadah penuh terisi cairan air dan garam yang berasal dari kelembaban di kamar saya.

Teh Tarik

Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, minuman bernama teh tarik ini bisa dibilang barang baru. Minuman yang berasal dari campuran teh hitam dengan susu ini baru dikenal awal tahun 200an, saat beberapa restoran menawarkan menu-menu ala negeri jiran, terutama Malaysia dan Singapura. Teh tarik biasa disajikan bersama roti bakar dan wafel di restoran-restoran ini.     Teh tarik sering rancu diartikan sebagai teh susu. Walau benar sebagian, ada perbedaan kecil antara teh tarik dan teh susu. Teh tarik adalah teh susu yang dituang bolak-balik di antara dua gelas besar sehingga menghasilkan cita rasa yang khas. Teh susu yang biasa disajikan di booth-booth berbagai merek teh biasanya hanya teh hitam dicampur susu yang dikocok beberapa saat dengan es batu.

The Last Ship

Sebuah virus yang lebih mematikan dari Ebola dan lebih menular dari SARS menyerang penduduk bumi. Belum ada vaksinnya. Penduduk dunia yang tewas karena virus bertambah dengan cepat dari hari ke hari. Harapan terakhir ada di pundak virolog Dr. Rachel Scott dan awak kapal USS Nathan James. Mereka berjuang mencari vaksin virus tersebut agar dapat segera diberikan kepada orang-orang yang terinfeksi. The Last Ship adalah tontonan yang tepat bagi wanita pencandu ketegangan tapi tidak ingin kehilangan hiburan wajah-wajah tampan. Marinir-marini kapal USS Nathan James adalah gambaran ideal pasukan angkatan laut. Taktis, kuat, gesit, lincah, serba bisa, dan lumayan punya rasa humor. Bagi para wanita, inilah salah satu serial yang memanjakan mata.