Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2015

Kamu Indonesia Banget Kalau... by Berit Renser

Sudah banyak ditemui blog yang menulis “keanehan” Indonesia di mata orang Barat. Buku yang cukup dikenal salah satunya dari Richard Miles berjudul Bule Juga Manusia. Di tahun 2013, Transmedia menerbitkan buku sejenis berjudul Kamu Indonesia Banget Kalau... yang ditulis Berit Renser. Tema kedua buku ini sama : membahas perbedaan budaya Indonesia dari kacamata mereka. Keduanya dikemas dengan gaya penulisan komedi. Bedanya, Miles memperhalus sarkasme dan paradoks yang ditemuinya. Renser lebih terang-terangan, tanpa basa-basi. Dari bagian awal (kata pengantar), Renser sudah menyajikan kepiawaiannya menulis sarkasme dalam bumbu komedi.   Semakin kita masuk ke halaman-halamannya, kita semakin terhenyak dan terhibur. Renser menulis banyak hal yang benar tentang Indonesia, mulai dari kebiasaan kita buang sampah sembarangan, kecintaan kita akan birokrasi, ketiadaan privasi di Indonesia, kecerdasan kita mengarang cerita (mengibul), betapa kita memuja penampilan, praktik klenik yang menjamur

Big Boned by Meg Cabot

Sudah lebih dari setahun sejak terjemahan Size 14 Is Not Fat Either dirilis, namun hingga saat ini buku ketiga dari serial Heather Wells belum juga keluar terjemahannya. Versi cetaknya pun sulit didapat karena Big Boned tidak termasuk New York Times Best Seller. Untunglah ada Google Play yang menyediakan versi digitalnya, jadi tidak perlu repot-repot ke Kinokuniya untuk memenuhi rasa penasaran. Diharapkan akhir tahun ini versi terjemahan Big Boned sudah dapat dinikmati pembaca terjemahan Indonesia. 

Ms. Know It All

Ada sebuah pepatah pegangan bagi semua manajer di dunia bisnis: bila anda adalah orang yang paling pintar di suatu ruangan, maka anda berada di ruangan yang salah. Hal itulah yang saya rasakan selama hampir 2 tahun bersekolah magister di Yogyakarta. Bagaimana tidak? Pada setiap sesi diskusi, semua anggota kelompok bertanya kepada saya dan mempercayai ucapan saya. Pada sebagian besar mata kuliah (kebetulan sistem pembelajaran di tempat kami menggunakan sistem diskusi), terutama yang terkait dengan spesialisasi saya, hampir semua dosen menunjuk   atau menanyakan pendapat saya. Bila seorang teman mendapat kesulitan dengan suatu materi, ia akan bertanya kepada saya. Sampai-sampai saya mendapat julukan kamus berjalan.

Creative Writing by AS Laksana

          Sebagai seorang penulis blog amatir yang hanya menulis review buku dan terkadang curhat isu terkini, saya terkadang bingung apa yang harus ditulis di kala tidak ada buku yang menarik diulas atau isu yang menarik dibahas. Ingin menulis cerpen tapi tidak tahu apa yang harus ditulis dan bagaimana merangkai cerita. Untunglah ada buku Creative Writing dari AS Laksana. Pak Laksana yang juga pendiri dan pengajar di Sekolah Menulis Jakarta School ini adalah seorang penulis kawakan yang sudah menelurkan puluhan karya cerpen dan novel di ranah sastra Indonesia. Beberapa penulis novel atau skenario film merujuk Laksana sebagai pengajar yang efektif dan mumpuni. Sekolah menulisnya yang terletak di Jakarta jelas tidak mampu menjangkau semua orang yang ingin belajar. Untuk itulah ia memilih menerbitkan Creative Writing ini.

From Meg Cabot: Size 12 Is Not Fat dan Size 14 Is Not Fat Either

Pernahkah terbayangkan bagaimana jadinya Taylor Swift atau Raisa bila kejayaan mereka sudah pudar? Ketika mereka akhirnya dicampakkan perusahaan rekaman dan streaming musik? Atau saat pundi-pundi kekayaan mereka dikuras habis oleh orang-orang terdekat mereka sehingga mereka harus bekerja keras hanya untuk makan dan membayar sewa kos? Itulah yang terjadi pada Heather Wells. Heather Wells, tokoh utama dalam serial Size 12/ Heather Wells karya Meg Cabot, adalah seorang bintang pop kelas menengah yang sudah bangkrut di usia akhir 20an. Kontraknya diputus label rekaman, tunangannya mendepaknya, ibu dan manajernya kabur bersama seluruh hartanya ke Argentina, dan ia tidak punya sepeser uang pun untuk hidup. Untunglah kakak mantan tunangannya bersedia menampungnya. Heather memutuskan untuk berkuliah untuk mengambil gelar Sarjana dan Master, sambil bekerja sebagai pengurus asrama Fischer Hall, di New York College.

3 Word Challenge part 1

Kemarin baru saja saya selesai membaca buku Creative Writing dari AS Laksana. Membaca itu mudah, mempraktekkan yang sulit. Salah satu langkah latihan menjadi penulis dalam buku ini adalah: berlatih merangkai cerita dari 3 kata saja. Saya putuskan untuk mencoba. Ini yang pertama: kolam, bolpen, pantai. Di sebuah pantai di tepi laut Hindia, seorang bocah memandang ke kejauhan. Suasana di sekelilingnya sangat ramai. Ada puluhan orang yang berlari, berteriak, bermain, walau ada yang hanya tidur-tiduran saja. Di tepi pantai itu ada sebuah cekungan yang membentuk kolam alami yang menampung air laut yang datang saat pasang. Kolam tersebut saat ini dipenuhi ibu-ibu yang mengajari anaknya mengambang. Si bocah sebetulnya ingin ikut bermain di kolam itu, namun tidak ada tempat tersisa baginya. Ia akhirnya memilih bersila di pantai sambil menggambari pasir dengan bolpen bekas yang ditemukannya di balik karang. Ia menggambar seorang anak yang sedang berpegangan tangan dengan ayah dan ibun

Gencarnya Akuisisi Bank Lokal Oleh Investor Mancanegara

Dua tahun terakhir berita akuisisi bank lokal oleh investor mancanegara tidak masuk radar koran-koran arus utama, tapi selalu muncul di halaman depan koran-koran bisnis. Di antaranya akuisisi Bank Saudara dan Bank Ekonomi. Investor yang masuk berasal dari Korea, Timur Tengah dan Tiongkok. Alasan mereka mengakuisisi bank lokal adalah besarnya margin keuntungan bisnis perbankan di Indonesia. Net interest margin (selisih antara bunga tabungan dengan bunga kredit) bisa mencapai lebih dari 8%. Namun saya melihatnya dari sisi lain. Menurut saya, masuknya investor asing ke bank lokal bisa meningkatkan efisiensi industri perbankan di Indonesia. Sudah menjadi rahasia umum bahwa BOPO (biaya operasional per pendapatan operasional) industri perbankan di Indonesia bisa mencapai 80%. Biaya operasional yang sangat tinggi disumbang oleh banyaknya kantor cabang, belum terintegrasinya sistem transaksi internal bank, dan masih banyaknya penggunaan karyawan untuk menjalankan fungsi operasional bank

Nyonya Besar: Bermartabat dan Pandai Akrobat by Threes Emir

Penggemar acara gosip mungkin paham bagaimana kehidupan rumah tangga artis, pejabat negara, atau anggota dewan. Menurut tayangan-tayangan infotainment, kehidupan mereka bergelimang harta, pakaian gemerlap, perhiasan berkilauan, pesta-pesta, dan kegiatan hura-hura lainnya. Namun tidak semua istri pengusaha/artis/pejabat negara/anggota dewan hidupnya gemerlap atau bahagia seperti Bianca Adinegoro atau Rosa Patti Djalal. Ada juga yang penuh cobaan, sederhana, sibuk dengan karir dan pekerjaan, ibu rumah tangga yang hidup untuk keluarga, istri biasa yang berjuang dari bawah, atau janda dengan kehidupan pasca bercerai. Semua cerita itu bisa kita dapatkan dari buku kedua seri Nyonya Besar dari Threes Emir.