Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2015

Unintended Consequences 2 : Nasionalisme, Kedaulatan, Dan Swasembada

Indonesia adalah negeri yang tergila-gila dengan nasionalisme, sama seperti Amerika Serikat. Nasionalisme itu diwujudkan dalam dua hal, yaitu penegakan kedaulatan wilayah dan swasembada. Media-media Indonesia, mulai dari televisi, koran, majalah, dan kantor  berita online tak jemu-jemunya menyuarakan nasionalisme, swasembada, dan kedaulatan. Atas nama kedaulatan pangan, segala jenis impor diharamkan. Pedagang dilarang mendatangkan daging sapi, beras, bawang merah, atau kebutuhan masyarakat lain dari mancanegara. Kalaupun boleh, pasti diberi pajak tinggi dan diberi kuota. Perkara harga-harga melambung tinggi, itu diurus belakangan. Atas nama kedaulatan wilayah, inisiatif untuk mengurangi perluasan kebun sawit dituduh mafia. Atas nama swasembada, perjanjian dagang antar negara dilanggar, tiap beberapa minggu aturan perdagangan dalam negeri diubah, dan melakukan dumping di negara-negara lain tanpa merasa bersalah. Beberapa bulan yang lalu majalah Tempo menyuarakan lagi nasi

The Crown Of Ptolemy By Rick Riordan

  Pembaca setia blog ini pasti sadar bahwa saya adalah penggemar berat Rick Riordan. Tulisannya yang kocak nan cerdik berhasil menarik saya untuk terus menerus membeli karya-karyanya. Riordan adalah seorang penulis yang cukup produktif. Walalupun tidak seproduktif James Patterson yang tiap kuartal merilis novel baru, Riordan paling tidak selalu berusaha menerbitkan 1-2 buku tiap tahun. Untuk seorang penulis dengan karir yang matang dan promosi buku nyaris tanpa henti, prestasi produktivitasnya layak diacungi jempol.          Tahun 2014 kemarin Riordan mampu menerbitkan satu buku (Greek Gods) dan satu cerita pendek (Crown of Ptolemy). Tahun ini ia sudah merilis Greek Heroes dan berencana merilis Magnus Chase and The Sword of Summer di bulan Oktober. Karena saya sudah pernah membahas Greek Gods dan Greek Heroes, kali ini saya akan mengulik Crown of Ptolemy.

In A Blue Moon By Ilana Tan

    Cerita romansa memang selalu laku dijual. Apalagi jika melibatkan kota-kota impian semaca Tokyo, London, Berlin, atau New York, plus makanan lezat. Seperti dalam In A Blue Moon, dimana koki mapan sekaligus pemilik restoran Lucas Ford berusaha memenangkan hati Sophie Wilson, gadis yang dijodohkan dengannya oleh kakek Lucas. Sophie jugalah gadis yang acap dirisaknya semasa SMA dulu.             In A Blue Moon adalah cerita cinta yang manis walau kurang romantis dan nyaris tanpa tragedi atau sarkasme. Alurnya mengalir linear dengan diselingi flashback. Konflik hadir saat ternyata Sophie dan Lucas sama-sama punya opsi pasangan lain di banding satu sama lain saat proses pendekatan. Atau saat mereka bertengkar. Seperti layaknya roman picisan lokal, jalan dan akhir cerita mudah ditebak. Namun karena ini adalah cerita cinta manis dan nyaris tanpa usaha yang diimpikan banyak wanita, toh saya tetap membacanya sampai kalimat terakhir.

Hijab (2015)

Islam menyarankan kaum wanita untuk berhijab, tujuannya untuk menutupi aurat sehingga tidak memancing hawa nafsu pria dan filnah. Di Arab tahun 700 Masehi hal itu mungkin terasa wajar, tapi di era modernisasi dan kesetaraan hak makhluk hidup abad 21 hal tersebut absurd dan tidak masuk akal. Film Hijab yang disutradarai Hanung Bramantyo menyajikan ketidaksesuaian hijab dengan filosofi kesetaraan gender. Tersebutlah 4 orang sahabat, 3 diantaranya berhijab. Tata, Bia, dan Sari adalah 3 ibu rumah tangga pemakai hijab. Anin, satu-satunya yang tidak memakai hijab/jilbab di empat sekawan itu yang juga belum berminat menikah. Suatu hari suami Sari menyindir arisan ibu-ibu yang memakai uang suami. Keempat sekawan tersebut pun memutuskan untuk berbisnis hijab agar tidak terlalu tergantung pada pasangan. Dalam waktu beberapa bulan saja, bisnis mereka pun meningkat pesar. Masalah mulai muncul saat para suami mulai cemburu saat penghasilan istri mereka melebihi penghasilan mereka sendiri.

Percy Jackson and The Greek Heroes

Pahlawan remaja tengil nan bandel kembali lagi. Setelah sebelumnya sukses dengan Greek Gods, kali ini ia kembali menceritakan versinya sendiri tentang Greek Heroes atau para pahlawan Yunani (Kuno). Tentu tidak semua ia ceritakan ulang, hanya 12 orang pahlawan yang sangat terkenal dan perannya signifikan dalam sastra Yunani. Mereka adalah Perseus ( of course! After all, Percy is abbreviation of Perseus ), Psyche, Phaethon, Otrera, Daedalus, Atalanta, Bellerophon, Cyrence, Orpheus, Hercules, dan Jason. Tidak semua pahlawan tersebut tenar karena pandai bertarung atau berperang. Orpheus signifikan karena ia pemusik terbesar di dongeng Yunani Kuno (gabungan dari Mozart dan Pavarotti). Phaethon dan Bellerophon tenar karena kebodohan dan kenaifan mereka. Perseus dan Theseus adalah ahli strategi dan sosialita handal. Psyche dikagumi karena ketabahan dan kerapiannya. Atalanta dan Otrera adalah ratu-ratu perburuan yang disegani karena adil dan berani mendobrak tradisi yang mengekang mereka.

Memetik Matahari by Agung Adiprasetyo

Jika anda merindukan buku yang membahas manajemen manusia, terutama tema bagaimana mengatur diri sendiri yang ditulis  ringan tapi pesannya mengena, Memetik Matahari patut dijadikan koleksi. Buku ini enteng dibaca dan enteng dibawa kemanapun, tidak sampai 3 jam sudah selesai dibaca. Berbagai tema serius disampaikan dalam judul yang ringan dan mudah dimengerti, seperti Keju Bolong, Ikan Besar Di Kolam Kecil, Percaya Mbah Maridjan,dan lain-lain. Agak berbeda dengan buku sejenis karya Abun Sanda, Adiprasetyo lebih menekankan tentang cara-cara memperbaiki diri sendiri dan menghadapi masalah saat mengarungi kehidupan. Contoh-contoh konkret yang dihadirkan tetap ada, ±3 contoh tiap bab. Contoh-contoh tersebut menarik dan mudah dihubungkan dengan keseharian kita, walau hanya garis besar dan kurang mendetail.

Keliling Sumatera Luar Dalam by Muhammad Iqbal

Buku tentang jalan-jalan, baik panduan ataupun tulisan pengalaman pelakunya, masih laris sampai hari ini. Sejak seri Naked Traveler meledak di pasaran dan dibuatkan acaranya (tanpa melibatkan penulis serialnya), penerbit berlomba-lomba merilis buku jalan-jalan. Salah satunya penerbit Grasindo yang mengangkat Keliling Sumatera Luar Dalam oleh Muhammad Iqbal.

Netflix’s House of Cards

Politik selalu menarik karena melibatkan drama yang bisa ditonton semua orang. Saat pemilu atau pembuatan undang-undang baru, selalu muncul kebingungan tentang apa yang sebenarnya dilakukan para wakil rakyat itu. Di saat itu, beberapa forum diskusi terkadang menyinggung serial televisi atau tontonan yang memberi penontonnya hiburan sekaligus pemahaman tentang politik. Saat ini, ada 3 serial televisi yang terkadang disinggung saat perdebatan politik memanas, yaitu: The West Wing, Hous of Cards, dan Veep. Pangeran Siahaan, seorang komentator sepakbola pernah menulis: di The West Wing, powerful people melakukan hal-hal baik. Di House of Cards, powerful people melakukan hal-hal mengerikan. Di Veep, powerful people melakukan hal-hal bodoh. Indonesia, sialnya, lebih menyerupai Veep. Saya sudah menonton ketujuh season serial The West Wing, dan setuju dengan pendapat di atas. Sasaran binge-watching selanjutnya adalah House of Cards.