Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2015

Adapt by Tim Harford

Honestly, I think Harford is the British version of Steven Levitt or Chris Anderson. Of course he has his own distinct unique trait, such as historical economics or game theory. He can retold them in some broader audiences using his own words, which is easier to understand than paperworks or journals nowadays. Recently, Tim Harford is a correspondent at Financial Times, a leading business newspapaer in Britain. Adapt, Harford, latest work, told us stories about organization and individuals inside organization to adapt in changing environment. It also present us insights about how some people adapting to rapid changes. Like his most famous book, The Undercover Economist, Adapt use easy-to-digest words, familiar example, and use some heroes as his protagonist. Audience can track these heroes after their stories told in Adapt.

The Weather Makers by Tim Flannery

Jika ingin membaca cerita kumpulan riset menyeluruh dan mendetail tentang dampak perubahan iklim ( climate change/global warming ) terhadap biodiversitas (keragaman spesies) dan kehidupan di Bumi, maka The Weather Makers adalah sumber yang tepat. Dalam buku yang terbit tahun 2006 ini, Flannery menjelaskan akibat perubahan iklim terhadap hilangnya spesies-spesies dan menyusutnya keragaman (variasi) makhluk hidup di berbagai lokasi di Bumi. Ia melengkapi narasinya dengan riset dan gambar-gambar model komputer yang menunjukkan betapa mengerikannya bumi kita bila perubahan iklim dibiarkan terus menerus. Di sisi lain, ia sangat sedikit menjelaskan penyebab perubahan iklim atau pemanasan global tersebut. Dari 359 halaman, hanya 50 halaman yang didedikasikan kepada penyebab climate change . Ia langsung melompat dan menyalahkan industri kendaraan, pembangkit listrik tenaga fosil, dan pertanian sebagai penyebab perubahan iklim. Tidak heran, karena antagonis dalam Weather Makers adalah CO

Simple Leadership DNA by Suhartono dan Cyltamia Irawan

Cara paling mudah menyampaikan sebuah pesan adalah melalui role model. Dengan titik mula seorang panutan ( role model ), seorang penulis bisa menyampaikan pesan kepada pembaca-pembacanya dengan lebih mudah dan sederhana. Itulah yang dilakukan Cyltamia Irawan dengan Simple Leadership DNA. Sadar tidak mungkin bersaing dengan Rhenald Kasali untuk tema “DNA Kepemimpinan” yang sama, ia memilih menggandeng Presiden Direktur FIF, Suhartono, untuk bercerita tentang tema ini. Berangkat dari sosok Suhartono, Cyltamia merangkai cerita tentang kepemimpinan yang sederhana dan praktis. Buku ini memang tidak dimaksudkan sebagai bacaan serius, hanya sebagai pengingat bahwa seorang pemimpin sebaiknya punya sejumlah karakter baik, seperti: rendah hati, mau mendengar, pekerja tim, kreatif, dan lain-lain. Tentu saja Pak Suhartono, sebagai tokoh sentral dalam buku ini, memiliki semua karakter tersebut.

Gaul: Meraih Lebih Banyak Kesempatan By Eileen Rachman & Petrina Omar

Apa sih pentingnya bergaul? Bagaimana cara bergaul yang efektif? Kapan saja kita memerlukan pergaulan? Kenapa kita butuh bergaul? Di mana saja tempat yang sesuai untuk bergaul? Dengan siapa sajakah kita perlu bergaul? Semua pertanyaan di atas dijawab dengan jelas dan menyenangkan oleh duo konsultan sumber daya manusia terkemuka Eileen Rachman dan Petrina Omar. Tips dan saran bergaul dari mereka berdua disajikan dalam 132 halaman full colour, terkadang dilengkapi ilustrasi gambar untuk memperjelas maksud penulis. Buku ini amat sangat menyenangkan dibaca. Tulisannya besar-besar dan bervariasi, halaman-halamannya berwarna warni, kertasnya tebal dan tidak mudah sobek, saran-sarannya bisa diterapkan dengan cepat karena sederhana dan applicable, serta uraian argumen-argumennya masuk akal.

Pemberdayaan Ekonomi Lokal: Mari Berbelanja Di Toko Atau Pasar Lokal

image belongs to  hymunk.blogspot.com Satu hal yang bisa dipelajari dari membesarnya skala perusahaan ( economies of scale ) adalah adanya sejumlah hal yang perlu dikorbankan atau ditiadakan ( trade-off ) saat perusahaan beranjak dari usaha kecil/menengah ke perusahaan besar. Bagi perusahaan makanan dan restoran, hal itu adalah nutrisi dan kualitas makanan. Bagi industri ritel, pengorbanan berarti berkurangnya interaksi penjual atau pramuniaga dengan pembeli. Bagi perusahaan manufaktur, pengorbanan berupa otomatisasi rantai produksi yang berarti berkurangnya jumlah karyawan. Trade off tersebut perlu dilakukan atas nama efisiensi, pertumbuhan penjualan, dan pada akhirnya: keuntungan (laba). image belongs to  goodmorningjakarta.wordpress.com Dalam perjalanan mencari laba, terkadang perusahaan menggilas lawan-lawan yang jauh lebih kecil. Alfmart melindas pedagang kelontong kecil-kecilan. KFC menggilas warung ayam goreng. Starbucks warung kopi. Direksi perusahaan terkadang engga

Industri Makanan Olahan

image belongs to rebeccaalowe.blogspot.com Ada sejumlah buku tentang industri makanan olahan yang sudah, sedang dan akan saya baca. Buku yang sudah dibaca baru 2, yaitu Salt Sugar Fat dan Pandora’s Lunchbox. Buku yang sedang direncanakan untuk dibaca ada 2 [juga], yaitu Fast Food Nation dari Eric Schlosser dan Mindless Eating dari Brian Wansink. Sebetulnya ada sejumlah buku lain di perpustakaan yang juga menyoroti industri makanan, tapi sejauh ini hanya 4 buku tersebut yang menarik perhatian saya dan bersedia dibeli. Salt Sugar Fat, Pandora’s Lunchbox dan Fast Food Nation kesemuanya tersedia di Google Play. Jika teman-teman seorang mahasiswa UGM, buku-buku tersebut juga tersedia di Perpustakaan Pusat UGM. Apa yang ditawarkan keempat buku tersebut? Investigasi menyeluruh terhadap industri makanan olahan! Apa yang membuat mereka menambahkan semakin banyak gula, garam, lemak, vitamin dan mineral buatan? Kenapa mereka melakukannya? Bagaimana mereka menambahkan bahan-bahan tersebut

Pandora’s Lunchbox by Melanie Warner

Petualangan saya dalam literature review buku-buku yang menginvestigasi industri makanan dan bahan-bahan makanan yang terkandung dalam makanan olahan ringan ( processed food ) berlanjut. Setelah puas melahap Salt Sugar Fat saya beralih ke Pandora’s Lunchbox dari Melaniew Warnet. Fokus kedua buku ini masih sama, yaitu bahan-bahan kimia yang terkandung dalam processed food   yang dipasarkan di Amerika Serikat (AS). Berbeda dengan di Indonesia dimana masyarakat lebih suka membeli makanan yang dimasak di warteg, warung tenda kaki lima atau warung padang, dan masih mempertahankan budaya memasak di rumah, rumah tangga di AS lebih suka membeli makanan beku dan memanaskannya di microwave . Hal ini membuat pangsa pasar makanan olahan terbuka lebar. Kalau anak-anak perkotaan di Indonesia makan Cheetos atau Chitato seminggu sekali, maka anak-anak di AS bisa makan kripik junk food tiap hari. Makanan restoran yang mereka santap didominasi oleh KFC, McD, atau Pizza Hut. Keluarga di Indonesia

The Men Who Built America

Sewaktu sedang iseng-iseng browsing di Youtube, saya temukan rangkaian video yang sangat inspiratif, informatif, sekaligus menghibur, berjudul The Entrepreneur Who Built America. Video berdurasi hampir 2 jam ini ternyata adalah gabungan dari beberapa episode The Men Who Built America, salah satu program unggulan di saluran televisi History Channel yang ditayangkan 2012 lalu. Karena penasaran, saya pun memutuskan meminjam DVD nya dan menonton di kos.