Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2015

Hindari Menjadi Golongan Putih

Tanggal 9 Desember 2015 besok akan diadakan Pilkada serentak. Ada 8 provinsi, 170 kabupaten, dan 26 kota yang akan menggelar pemilihan kepala daerah pada hari yang sama. tanggal 9 desember adalah hari rabu yang notabene adalah hari kerja, jadi wajar kalau kita memilih untuk bekerja dibanding meluangkan waktu untuk memilih kepala daerah, alias tidak memilih, alias golput. Apalagi kalau selama ini kita merasa bahwa pendapat kita tidak pernah didengar kepala daerah. Buat apa repot-repot memilih kalau hasilnya sama saja? Add caption Menurut pendapat Bruce Bueno DeMesquita dan Alastair Smith dalam The Dictator’s Handbook, influentials (orang yang memilih menggunakan hak pilihnya) dan essentials (pemilih partai atau kandidat tertentu) adalah dua kelompok yang sangat penting menentukan arah kebijakan seorang pemimpin atau partai. Influentials dan essentials bisa mengganti pemimpin yang tidak disukai, dan memilih pemimpin lain yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Orang yang memilih

The New New Thing By Michael Lewis

When in doubt, turn to Michael Lewis, or Laura Ingalls Wilder, or Michael Crichton. That is my motto for years, especially when I was not certain what to read (when in library) or what to buy (when in bookstore). That uncertain moment came yesterday, when I visit periplus. There are a lot of books that makes it to Goodreads Annual Choices or New York Times Best Seller. But I am not sure what to choose, what books that suits my taste, and meet my curiosity. In the end, I bought The New New Thing from Michael Lewis. New New Thing follow the journey of Jim Clark, an inventor who founded four successfull company: Silicon Graphics, Netscape, @Home,and Healtheon. Its natural if nowadays youngsters doesn’t recognize those companies, cause they were acquisited, merged, bankrupt, or took over by other companies. But at the beginning of 21th Sentury, those four was a symbol of capitalism and superiority of Silicon Valley over Wall Street (now it is Google, Apple, Facebook, or Amazon).

Bekisar Merah By Ahmad Tohari

Ronggeng Dukuh Paruk merupakan salah satu karya sastra wajib siswa sekolah dasar tahun 90an, termasuk saya. Cerita tentang kehidupan seorang penari ronggeng antara 1960-1970an itu memotret interaksi birokrat, tentara, dan rakyat jelata. Sebagaimana Ronggeng Dukuh Paruk, Bekisar Merah juga mengambil latar waktu yang sama dengan lokasi berbeda. Jika novel pertama berlatarkan Karesidenan Banyumas, novel kedua mengambil tempat di suatu desa perbatasan Sunda dan Banyumas, yaitu desa Karangsoga, dan Jakarta. Lasiyah, gadis peranakan Sunda-Tiongkok, kabur ke Jakarta setelah mendapati suaminya selingkuh dengan wanita lain. Di Jakarta ia terjerumus menjadi istri siri seorang birokrat. Ketika ia terseret dalam kehidupan pelobi kekuasaan dan berjumpa dengan teman masa kecilnya, kegelisahan melanda. Ia bingung menghadapi cinta pertamanya, resah dengan status pernikahannya, dan gelisah menghadapi orang-orang berpengaruh.

Kota Kecil di Persimpangan by Maria D. Wilkes

Enjoyable, moralist, and ideal family. Tiga kata itulah yang sesuai menggambarkan buku yang mengisahkan masa kecil Caroline Quiner, ibu dari Laura Ingalls Wilder ini. Buku setebal 327 halaman yang diterbitkan Libri ini sangat enak dibaca dan bagus diceritakan kembali kepada anak-anak atau teman-teman sebagai cerita pembentuk karakter. Tahun ini adalah tahun kedua Caroline Quiner bermukim di Brookfield, Wisconsin. Ia sangat menikmati sekolahnya, pekerjaan rutinnya di rumah, peternakan, hutan, dan lahan perkebunannya. Ia sekarang punya dua sahabat karib, Anna Short dan Elsa Schmidt. Ia sudah berkenalan dengan hampir seluruh penduduk Brookfield. Ia pun bisa melupakan kesedihan ditinggal ayahnya yang menghilang saat berlayar. Pendek kata, kehidupan Caroline berjalan normal dan menyenangkan. Ia bahkan mampu menarik pelajaran berharga saat ia terpaksa pindah lagi. Ia mengerti bahwa rumah adalah tempat ia tinggal bersama orang-orang yang paling disayanginya. 

The Dictator’s Handbook by Bruce Bueno de Mesquita dan Alastair Smith

Suatu ketika bu Paramita Mohammad (@sillysampi) berkicau sembari mengkritik presiden Jokowi: pak presiden perlu membaca buku ini sebelum mulai memerintah. Buku yang dimaksud adalah Dictator’s Handbook dari Bruce Bueno de Mesquita dan Alastair Smith. Dilihat sepintas dari judulnya buku ini seolah mengajarkan cara menjadi diktator bagi seorang pemimpin. Akan tetapi, buku ini sesungguhnya berisi kejujuran yang brutal tentang bagaimana politik bekerja. Dictator’s Handbook tidak menyajikan idealisme tentang kepemimpinan ( leadership ), tapi menginformasikan apa saja yang sebenarnya harus dilakukan seorang pemimpin. Kita tidak akan menemukan ide-ide muluk tentang leadership, kesejahteraan, atau negarawan. Hanya kejujuran yang brutal. Kenyataan bahwa menjadi pemimpin dan melanggengkan kekuasaan adalah hal yang perlu diterima pembaca.

Predestination (2014)

Apa keuntungan menonton film di DVD? Bisa playback   sepuas hati. Film layar perak macam apa yang sesuai dilihat lewat DVD? Predestination jawabnya. Setelah menonton film ini sebanyak 3kali, barulah saya memahami jalan cerita yang disampaikan. Film yang dibuat khusus bagi penggemar konspirasi dan time travel ini menampilkan dialog yang mudah dipahami, jalan cerita yang tampaknya linearm kisah yang mengharukan, dan aksi yang tidak berlebihan. Jalan cerita yang tampaknya lurus-lurus saja ini baru terasa ganjil di akhir cerita, yang membuat penonton penasaran dan rela menonton ulang dari awal.

Fantastic Four (2015)

Satu lagi cerita superhero dari Marvel yang mengangkat tema keluarga dan persahabatan. Family should help each other. You can not leave your friends suffer . Itulah inti cerita Fantastic Four. Kedua pesan moral yang dibungkus kisah pencapaian ambisi dan perwujudan mimpi untuk menemukan dimensi lain yang berisi planet yang dapat dihuni manusia.