Langsung ke konten utama

Game of Thrones vs Mahabharata


Saya sama sekali tidak punya ide untuk membandingkan kedua acara televisi yang sedang ngetop di Indonesia ini sampai muncul sebua tweet yang intinya berbunyi “George RR Martin akan memperkenalkan 140 karakter dan membunuh mereka satu per satu”. Di saat itulah saya teringat Mahabharata.
Baik Mahabharata maupun Game of Thrones punya ratusan karakter, baik karakter utama maupun karakter pembantu. Jumlah karakter di Mahabharata jelas lebih banyak. Kurawa, Pandawa dan masing-masing sekutunya saja berjumlah lebih dari 200 orang, belum termasuk anak-anak mereka. Karakter di Game of Thrones sepintas tidak sampai 60 orang. Yang rutin muncul di tiap season kurang lebih cuma 20an karakter.
Sesuai dengan tweet guyonan di atas, karakter-karakter di Game of Thrones memang dibunuh satu per satu. Di season keempat ini saja lebih dari 3 karakter utama sudah tewas. Beda dengan Mahabharata yang separuh lebih karakternya baru tewas di episode 210 ke atas, saat perang Bharatayudha. Tewasnya karakter di Game of Thrones dicicil, sedangkan matinya karakter Mahabharata dirapel.

Perbedaan lainnya, alur cerita Mahabharata berpusat di seputar Pandawa, sedangkan pusat cerita Game of Thrones tidak terlalu jelas. Walau waktu tayang Mahabharata cuma 20 menit, tapi ada benang merah yang sangat kentara di tiap episode. Minimal tiap 3 episode ada sekilas penampilan Arjuna atau Kunti. Penampilan karakter-karakter Game of Thrones lebih acak. Belum tentu semua karakter utama akan muncul dalam satu episode yang berdurasi 44 menit. Kadang ada satu episode yang didedikasikan untuk tokoh dan peristiwa tertentu. Pusat cerita Game of Thrones tidak sejelas Mahabharata.

Dari segi dramatisasi cerita, Game of Thrones bertumpu pada akting dan dialog, sedangkan Mahabharata pada efek kamera dan pengulangan. Kalau menurut sebagian besar teman, Mahabharata terlalu lebay, sedangkan Game of Thrones terlalu sadis dan menuntut penontonnya berpikir. Kalau dipikir ada benarnya juga. Di Game of Thrones kalau mau perang ya sudah langsung perang saja. Di Mahabharata pakai prelude konflik batin, pengaturan strategi dan berdoa sampai sepuluh episode.
Jika dilihat dari kekuatan dialog, menurut saya keduanya berimbang. Memang tidak semua dialog Mahabharata bagus (terutama di bagian Bima atau Dursasana) tapi sebagian besar bisa dibandingkan dan setara dengan Game of Thrones.
Alur cerita? Harus diakui bahwa alur Game of Thrones lebih cepat. Mungkin karena setahun hanya dijatah 10 episode sepanjang ±45 menit jadi produser bekerja keras merancang alur. Bandingkan dengan Mahabharata yang tayang setiap hari (stripping) di India dan Indonesia hingga saat ini sudah mencapai 200an episode. Mereka bebas bermain drama dan bereksperimen alur sesuka mereka. Kalau proses melahirkan anak di Game of Thrones cuma makan waktu 1.5 menit, di Mahabharata bisa makan waktu 3 episode.
Dari sekian banyak perbedaan Game of Thrones dan Mahabharata, tentu mereka punya persamaan. Kedua serial TV ini sama-sama diadaptasi dari karya sastra. Keduanya punya dialog yang bermakna, keduanya mempertentangkan sejumlah karakter dan motif manusia, dan tidak ada karakter yang betul-betul jahat atau betul-betul baik di cerita keduanya.
Saya sendiri menonton keduanya dan menurut saya, kedua serial ini sangat direkomendasikan untuk dilihat orang-orang dewasa. Walau got membuat saya ingin menangis melolong saat karakter favorit tewas dan Mahabharata menuntut kesabaran penonton yang ingin melewati drama.
Tapi kalau cuma ingin menikmati hiburan wajah-wajah cantik dan tampan plus selamat dari ujian mata pelajaran Bahasa Jawa dan Bali, yah...Mahabharata pilihannya. Walau kita tidak akan menemui pria-pria klimis rapi dan wanita-wanita berkulit super mulus ala Korea, tapi ceritanya lebih berelasi dengan kehidupan sehari-hari kita. Jika ingin menikmati plot cerita mbulet dan twist yang tidak biasa, tontonlan Game of Thrones.

Perbandingan lain tentang Mahabharata versus Game of Thrones beserta semua gambar tulisan ini bisa dilihat di situs ini http://economydecoded.com/2014/05/mahabharata-and-game-thrones.html

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bagus Serap Air

    Konsekuensi dari tinggal di kamar kos dekat pohon besar adalah kamar yang lembab. Begitu pula dengan kamar saya. Tepat di depan kamar menjulang pohon mangga. Kaum tetumbuhan setiap malam rajin mengeluarkan karbon dioksida dan uap air sepanjang hari. Tidak heran kamar saya menjadi lembab, rentan jamur, baju dan buku terancam lapuk.     Untuk itulah saya memerlukan desiccants alias penyerap lembab yang dapat menyerap uap air dengan kuat. Saya pun mencoba Bagus Serap Air varian 450 ml sekali pakai. Bahan Aktif yang digunakan ialah butiran kalsium klorida (CaCl). Hasilnya? Dalam waktu 30 hari satu wadah penuh terisi cairan air dan garam yang berasal dari kelembaban di kamar saya.

Teh Tarik

Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, minuman bernama teh tarik ini bisa dibilang barang baru. Minuman yang berasal dari campuran teh hitam dengan susu ini baru dikenal awal tahun 200an, saat beberapa restoran menawarkan menu-menu ala negeri jiran, terutama Malaysia dan Singapura. Teh tarik biasa disajikan bersama roti bakar dan wafel di restoran-restoran ini.     Teh tarik sering rancu diartikan sebagai teh susu. Walau benar sebagian, ada perbedaan kecil antara teh tarik dan teh susu. Teh tarik adalah teh susu yang dituang bolak-balik di antara dua gelas besar sehingga menghasilkan cita rasa yang khas. Teh susu yang biasa disajikan di booth-booth berbagai merek teh biasanya hanya teh hitam dicampur susu yang dikocok beberapa saat dengan es batu.

The Last Ship

Sebuah virus yang lebih mematikan dari Ebola dan lebih menular dari SARS menyerang penduduk bumi. Belum ada vaksinnya. Penduduk dunia yang tewas karena virus bertambah dengan cepat dari hari ke hari. Harapan terakhir ada di pundak virolog Dr. Rachel Scott dan awak kapal USS Nathan James. Mereka berjuang mencari vaksin virus tersebut agar dapat segera diberikan kepada orang-orang yang terinfeksi. The Last Ship adalah tontonan yang tepat bagi wanita pencandu ketegangan tapi tidak ingin kehilangan hiburan wajah-wajah tampan. Marinir-marini kapal USS Nathan James adalah gambaran ideal pasukan angkatan laut. Taktis, kuat, gesit, lincah, serba bisa, dan lumayan punya rasa humor. Bagi para wanita, inilah salah satu serial yang memanjakan mata.