Langsung ke konten utama

Crazy Rich Asians (Movie Version)

           Minggu lalu saya berkesempatan menonton salah satu film tentang orang-orang kaya Asia Tenggara yang diproduksi Hollywood dan semua aktor/aktrisnya memiliki darah Asia. Film yang termasuk genre komedi satir ini mengisahkan Rachel Chu yang pergi ke Singapura untuk berkenalan dengan orang tua kekasihnya. Di Singapura, ia menemukan bahwa keluarga kekasihnya sangat kaya (untuk ukuran Asia Tenggara) dan memiliki budaya yang berbeda dengan budaya China di Amerika tempat Rachel dibesarkan.
    Buat yang pernah membaca novelnya tapi tidak tahu seperti apa pakaian/sepatu/tas/rumah yang dideskripsikan (30% isi novel Crazy Rich Asian adalah penyebutan merk rumah mode ternama Eropa dalam berbagai hal yang dipergunakan tokoh-tokohnya), maka dapat bersyukur saat melihat versi filmnya. Akhirnya kita bisa tahu seperti apa baju klasik 80an atau arsitektur Art Deco. Tone warna film yang lembut dan colourfull membantu penonton mengapresiasi keindahan setiap peristiwa.
          Bagi saya, versi film dari Crazy Rich Asians ini lebih menarik dan lebih bisa dinikmati daripada versi novelnya. Versi novel memang lebih lucu, cuma penyebutan terlalu banyak merk high class di setiap halaman terasa sangat mengganggu, apalagi bagi pembaca yang termasuk kalangan rakyat jelata seperti saya. Di dalam novelnya seolah-olah setiap orang kaya hidup hanya dengan tujuan menghabiskan uang nenek moyangnya tanpa pernah bekerja atau melakukan kegiatan sosial.
    Di samping penggambarannya yang luar biasa detail dan menarik, cerita film/novel ini juga seru dan tidak pasaran. Tiap tokoh digambarkan punya motivasi dan harapan, serta tidak segan berusaha keras untuk mewujudkan harapannya. Cinderella tidak segan menolak lamaran sang Pangeran, karena tidak ingin kekasihnya bertengkar dengan Ibundanya. Pangeran juga terus berusaha agar keluarganya menerima sang kekasih dan tidak cengeng.
    Versi film menawarkan penggambaran dari versi novel, dengan sedikit perubahan. Culture shock antara Rachel (Imigran China di Amerika) dengan orang-orang China di Singapura (China Peranakan) diperjelas. Begitu pula dialog Peik Lin dan rival Rachel diperkuat. Peran merk high class dibuat agak samar untuk memperkuat cerita film.
     Secara keseluruhan, versi film dari Crazy Rich Asian ini sangat enak ditonton, baik sendiri maupun bersama teman-teman untuk dapat menikmati kelucuan di setiap adegannya. Happy watching.

    
    

Komentar

Elly Kurniawati mengatakan…
Lagi kena virus dari tulisan ini. Kayaknya di bookmark dulu deh itu buku, ntar siapa tahu kalau dah pas coba baca deh.

Postingan populer dari blog ini

Bagus Serap Air

    Konsekuensi dari tinggal di kamar kos dekat pohon besar adalah kamar yang lembab. Begitu pula dengan kamar saya. Tepat di depan kamar menjulang pohon mangga. Kaum tetumbuhan setiap malam rajin mengeluarkan karbon dioksida dan uap air sepanjang hari. Tidak heran kamar saya menjadi lembab, rentan jamur, baju dan buku terancam lapuk.     Untuk itulah saya memerlukan desiccants alias penyerap lembab yang dapat menyerap uap air dengan kuat. Saya pun mencoba Bagus Serap Air varian 450 ml sekali pakai. Bahan Aktif yang digunakan ialah butiran kalsium klorida (CaCl). Hasilnya? Dalam waktu 30 hari satu wadah penuh terisi cairan air dan garam yang berasal dari kelembaban di kamar saya.

Teh Tarik

Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, minuman bernama teh tarik ini bisa dibilang barang baru. Minuman yang berasal dari campuran teh hitam dengan susu ini baru dikenal awal tahun 200an, saat beberapa restoran menawarkan menu-menu ala negeri jiran, terutama Malaysia dan Singapura. Teh tarik biasa disajikan bersama roti bakar dan wafel di restoran-restoran ini.     Teh tarik sering rancu diartikan sebagai teh susu. Walau benar sebagian, ada perbedaan kecil antara teh tarik dan teh susu. Teh tarik adalah teh susu yang dituang bolak-balik di antara dua gelas besar sehingga menghasilkan cita rasa yang khas. Teh susu yang biasa disajikan di booth-booth berbagai merek teh biasanya hanya teh hitam dicampur susu yang dikocok beberapa saat dengan es batu.

The Last Ship

Sebuah virus yang lebih mematikan dari Ebola dan lebih menular dari SARS menyerang penduduk bumi. Belum ada vaksinnya. Penduduk dunia yang tewas karena virus bertambah dengan cepat dari hari ke hari. Harapan terakhir ada di pundak virolog Dr. Rachel Scott dan awak kapal USS Nathan James. Mereka berjuang mencari vaksin virus tersebut agar dapat segera diberikan kepada orang-orang yang terinfeksi. The Last Ship adalah tontonan yang tepat bagi wanita pencandu ketegangan tapi tidak ingin kehilangan hiburan wajah-wajah tampan. Marinir-marini kapal USS Nathan James adalah gambaran ideal pasukan angkatan laut. Taktis, kuat, gesit, lincah, serba bisa, dan lumayan punya rasa humor. Bagi para wanita, inilah salah satu serial yang memanjakan mata.