Langsung ke konten utama

Netflix Binge Watching on Januari-Februari 2019


Setelah memutuskan untuk memperbarui langganan Netflix dan meninggalkan Viu, saya kembali ke kebiasaan lama, yaitu binge watching - menonton film secara maraton di Netflix.
Serial pertama yang menarik perhatian saya adalah Dragons: Race to the Edge. Serial TV dari How To Train Your Dragons ini mengisi kekosongan waktu antara film pertama dan keduanya. Di serial ini dikisahkan Hiccup dan Dragon Riders (sahabat-sahabat Hiccup: Astrid, Fishlegs, Snotlout, Ruffnut dan Tuffnut) berhadapan dengan pemburu naga yang ingin menangkap dan menjual naga.

Hiccup sendiri dihadapkan masalah sehari-hari terkait desanya (Berk), pangkalan barunya (Dragon Edge), ayahnya (Stoick) dan teman-temannya. Serial ini menunjukkan transformasi Hiccup dari anak kurus kikuk menjadi pemimpin. Ada empat season Dragons di Netflix.
Serial kedua dalam playlist adalah Milion Pound Menu. Reality Show dari Inggris ini menceritakan para pengusaha makanan jalanan yang ingin membuka restoran atau memperluas usahanya dengan memperoleh pendanaan dari investor. Mereka diberi waktu 3 hari untuk mengoperasikan restoran pop-up dan membuat investor terkesan. Dalam satu episode ada 2 pengusaha yang ditampilkan. Dalam satu episode, bisa saja keduanya mendapat pendanaan, atau hanya salah satu, atau keduanya gagal menarik perhatian investor.
Daya tarik serial ini adalah penonton bisa mengetahui trik bisnis suatu restoran yang sukses, serta ukuran bisnis atau angka apa saja yang digunakan. Investor yang tertarik tidak melulu menawarkan dana. Ada yang menawarkan pekerjaan sebagai koki kepala (Chef) di lokasi yang sudah jadi, atau menawarkan pelatihan dan pengembangan konsep.
Tidak semua koki/pengusaha menerima tawaran investor. Ada pengusaha yang menolak karena enggan mendedikasikan seluruh waktunya pada satu restoran saja.
Serial ketiga yang menarik perhatian saya adalah Salt Fat Acid Heat. Serial dokumenter yang diangkat dari buku berjudul sama ini menceritakan perjalanan Samin Nosrat dalam mengeksplorasi peran keempat unsur di atas dalam menghasilkan makanan yang lezat. Satu unsur mengisi satu episode. Dalam tiap episode, Samin mengunjungi satu negara yang makanannya paling banyak memanfaatkan salah satu unsur di atas. Hal yang paling menarik dari serial ini adalah gambar-gambarnya yang diambil dengan cantik dan bagaimana Samin berkolaborasi dengan koki lokal dalam memasak dan menyajikan berbagai jenis makanan.

Ketiga serial tersebut yang paling banya menyita waktu leha-leha di bulan Februari 2019. Sekarang, apa serial televisi favoritmu?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bagus Serap Air

    Konsekuensi dari tinggal di kamar kos dekat pohon besar adalah kamar yang lembab. Begitu pula dengan kamar saya. Tepat di depan kamar menjulang pohon mangga. Kaum tetumbuhan setiap malam rajin mengeluarkan karbon dioksida dan uap air sepanjang hari. Tidak heran kamar saya menjadi lembab, rentan jamur, baju dan buku terancam lapuk.     Untuk itulah saya memerlukan desiccants alias penyerap lembab yang dapat menyerap uap air dengan kuat. Saya pun mencoba Bagus Serap Air varian 450 ml sekali pakai. Bahan Aktif yang digunakan ialah butiran kalsium klorida (CaCl). Hasilnya? Dalam waktu 30 hari satu wadah penuh terisi cairan air dan garam yang berasal dari kelembaban di kamar saya.

Teh Tarik

Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, minuman bernama teh tarik ini bisa dibilang barang baru. Minuman yang berasal dari campuran teh hitam dengan susu ini baru dikenal awal tahun 200an, saat beberapa restoran menawarkan menu-menu ala negeri jiran, terutama Malaysia dan Singapura. Teh tarik biasa disajikan bersama roti bakar dan wafel di restoran-restoran ini.     Teh tarik sering rancu diartikan sebagai teh susu. Walau benar sebagian, ada perbedaan kecil antara teh tarik dan teh susu. Teh tarik adalah teh susu yang dituang bolak-balik di antara dua gelas besar sehingga menghasilkan cita rasa yang khas. Teh susu yang biasa disajikan di booth-booth berbagai merek teh biasanya hanya teh hitam dicampur susu yang dikocok beberapa saat dengan es batu.

The Last Ship

Sebuah virus yang lebih mematikan dari Ebola dan lebih menular dari SARS menyerang penduduk bumi. Belum ada vaksinnya. Penduduk dunia yang tewas karena virus bertambah dengan cepat dari hari ke hari. Harapan terakhir ada di pundak virolog Dr. Rachel Scott dan awak kapal USS Nathan James. Mereka berjuang mencari vaksin virus tersebut agar dapat segera diberikan kepada orang-orang yang terinfeksi. The Last Ship adalah tontonan yang tepat bagi wanita pencandu ketegangan tapi tidak ingin kehilangan hiburan wajah-wajah tampan. Marinir-marini kapal USS Nathan James adalah gambaran ideal pasukan angkatan laut. Taktis, kuat, gesit, lincah, serba bisa, dan lumayan punya rasa humor. Bagi para wanita, inilah salah satu serial yang memanjakan mata.