Langsung ke konten utama

Jilbab

   Kenapa aku memakai jilbab? Yah, cerita kembali ke masa 5 tahun yang lalu. Bulan puasa pertama di Yogyakarta ketika aku mulai menapaki dunia perkuliahan. Saat itu bulan Ramadhan, dan ada kegiatan berkumpul dan mengaji yang disebut liqa' bagi tiap mahasiswa baru. Dan semua mahasiswi muslim diwajibkan mengenakan jilbab dan baju lengan panjang yang menutupi aurat. Ketika itu aku agak malas mengenakan jilbab karena repot dan panas. Tapi karena saat itu bulan Ramadhan dan semua temanku memaksa, jadilah aku memakai benda satu itu.

   Sesudah liqa', aku jadi berpikir-pikir. Sayang sekali kalau melepaskan jilbab yang sudah dipakai seharian ini. Maka pergilah aku ke Griya Muslimah dan membeli 2 bergo (jilbab kasual yang bisa langsung dipakai tanpa peniti). Dan sejak hari itu aku memutuskan menjadi muslimah berjilbab. Memang tidak bisa seperti teman lainnya yang sudah mengenakan rok panjang dan gamis, tapi lumayan buat permulaan.
   Lama-lama aku merasa nyaman dengan jilbab ini. Selain praktis karena tidak harus menyisir rambut dan berdandan, aku juga bisa bereksperimen dengan bermacam-macam gaya. Favoritku tentu saja bergo yang praktis bin gampang. Jilbab segiempat kadang kupakai ketika sedang ada acara resmi atau kepengen tampil layaknya akhwat sejati. Perlu diketahui bahwa aku belum menjadi akhwat karena masih suka bergaya tomboy dengan kaus atau celana jins. Dan aku sama sekali tidak pernah memakai rok panjang ataupun gamis. Bisa kesrimpet ntar kakiku.
   Alasanku memakai jilbab semata-mata demi kenyamanan saja. Aku suka terlihat gaya dengan jilbab. Gaya yang sopan. Kadang aku juga memakai kaos ketat dengan jilbab kotak besar yang dijereng sampai sepanjang pinggang. Tapi itu karena aku sedang kehabisan baju yang kering ^o^. Kalau ada kewajiban dari agama bahwa jilbab itu kewajibab, yah aku bersyukur sudah mengenakannya.
   Aku menghormati orang-orang yang belum berjilbab karena itu pilihan pribadi mereka, sama dengan alasanku mengenakan jilbab. Aku tidak setuju kalau ada pendapat yang menyatakan kita harus menjauhi orang yang tidak berjilbab karena berpotensi mencemarkan keyakinan. Bah!!! Keyakinan itu urusan personal. Tidak usah dihubungkan dengan gaya berpakaian dan lain sebagainya. Iman setiap orang berbeda-beda. Nilai yang dianut juga beda.
   Kalau ada yang menanyakan apakah aku tersiksa karena harus berjilbab? Kujawab tidak karena ini pilihanku dan aku merasa senang dan nyaman dengan pilihanku. Aku tidak memaksakan orang memahamiku, hanya lihat saja diriku dan janganlah terintimidasi dengan jilbabku. ^.^

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bagus Serap Air

    Konsekuensi dari tinggal di kamar kos dekat pohon besar adalah kamar yang lembab. Begitu pula dengan kamar saya. Tepat di depan kamar menjulang pohon mangga. Kaum tetumbuhan setiap malam rajin mengeluarkan karbon dioksida dan uap air sepanjang hari. Tidak heran kamar saya menjadi lembab, rentan jamur, baju dan buku terancam lapuk.     Untuk itulah saya memerlukan desiccants alias penyerap lembab yang dapat menyerap uap air dengan kuat. Saya pun mencoba Bagus Serap Air varian 450 ml sekali pakai. Bahan Aktif yang digunakan ialah butiran kalsium klorida (CaCl). Hasilnya? Dalam waktu 30 hari satu wadah penuh terisi cairan air dan garam yang berasal dari kelembaban di kamar saya.

Teh Tarik

Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, minuman bernama teh tarik ini bisa dibilang barang baru. Minuman yang berasal dari campuran teh hitam dengan susu ini baru dikenal awal tahun 200an, saat beberapa restoran menawarkan menu-menu ala negeri jiran, terutama Malaysia dan Singapura. Teh tarik biasa disajikan bersama roti bakar dan wafel di restoran-restoran ini.     Teh tarik sering rancu diartikan sebagai teh susu. Walau benar sebagian, ada perbedaan kecil antara teh tarik dan teh susu. Teh tarik adalah teh susu yang dituang bolak-balik di antara dua gelas besar sehingga menghasilkan cita rasa yang khas. Teh susu yang biasa disajikan di booth-booth berbagai merek teh biasanya hanya teh hitam dicampur susu yang dikocok beberapa saat dengan es batu.

The Last Ship

Sebuah virus yang lebih mematikan dari Ebola dan lebih menular dari SARS menyerang penduduk bumi. Belum ada vaksinnya. Penduduk dunia yang tewas karena virus bertambah dengan cepat dari hari ke hari. Harapan terakhir ada di pundak virolog Dr. Rachel Scott dan awak kapal USS Nathan James. Mereka berjuang mencari vaksin virus tersebut agar dapat segera diberikan kepada orang-orang yang terinfeksi. The Last Ship adalah tontonan yang tepat bagi wanita pencandu ketegangan tapi tidak ingin kehilangan hiburan wajah-wajah tampan. Marinir-marini kapal USS Nathan James adalah gambaran ideal pasukan angkatan laut. Taktis, kuat, gesit, lincah, serba bisa, dan lumayan punya rasa humor. Bagi para wanita, inilah salah satu serial yang memanjakan mata.