Langsung ke konten utama

Madiun Jaya AC

    Kereta api merupakan salah satu moda transportasi favoritku kalau ingin pulang ke Magelang. Alasannya : cepat,nyaman dan murah. Tapi waktu saya pulang kemarin saya mencoba sesuatu yang baru, yaitu naik kereta api bisnis. Kereta bisnis yang dimaksud adalah kereta api Madiun Jaya. Sebenarnya saya tidak sengaja naik kereta bisnis ini karena tarifnya dua kali lipat kereta Prameks. Karena ada perbaikan dan kerusakan di kereta Pramex, maka kereta Madiun Jaya pun difungsikan.
    Tiket yang diberlakukan untuk Madiun Jaya (disingkat Manja) agak berbeda dengan kereta Pramex. Disini diberlakukan nomor gerbong dan tempat duduk. Tetapi karena jumlah penumpangnya sedikit, saya bisa memilih duduk di mana saja asal masih dalam satu gerbong. Tiap gerbong dilengkapi dengan AC (air conditioner) sehingga penumpang tidak kepanasan.

    Jenis kursinya pun berbeda dengan Prameks. Kalau Prameks tempat duduknya memanjang di tepi gerbong dengan bahan plastik yang keras, maka kursi Manja posisinya berhadap-hadapan dengan bahan dasar plastik yang dilapisi jok kulit. Rasanya tentu saja lebih nyaman dan empuk. Karena penumpangnya sedikit, saya bisa memilih tempat duduk yang memungkinkan saya untuk berselonjor. Karena kereta ini adalah kereta bisnis, pegangan tangan untuk penumpang yang berdiri sangat jarang. Paling banyak ada 6 pegangan yang bisa ditemui di dekat pintu keluar/masuk.
    Pegawai yang memeriksa karcis dan menawarkan makanan memakai seragam yang lebih rapi dan resmi. Penampilannya juga lebih necis dan menarik. Mereka berbicara dengan nada yang ramah saat memeriksa karcis atau menawarkan makanan kepada penumpang. 
    Yang paling mencolok adalah kecepatannya. Saya naik Kereta Madiun Jaya AC dari Stasiun Purwosari pukul 10.30 dan pukul 11.05 sudah sampai di stasiun Maguwo (atau Bandara Adisucipto) Yogyakarta. Kereta ini tidak berhenti di stasiun Klaten atau Prambanan layaknya Prameks. Kecepatannya juga lebih tinggi dan stabil. Tidak heran waktu tempuhnya lebih cepat. Saya sendiri nyaris tidak percaya bahwa dalam waktu 35 menit saya sudah sampai tujuan.
    Menurut saya kereta ini cocok buat mereka yang menginginkan kecepatan dan kenyamanan. Harga yang dibayar sebanding dengan pelayanan yang diberikan. Penumpang tidak perlu kesakitan dengan kursi yang keras atau kepanasan di dalam kereta. Kekurangannya adalah jadwal yang tidak menentu. Pastikan setiap awal bulan anda meminta jadwal kereta terbaru di stasiun. Kalau tidak anda bisa ketinggalan kereta.
  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bagus Serap Air

    Konsekuensi dari tinggal di kamar kos dekat pohon besar adalah kamar yang lembab. Begitu pula dengan kamar saya. Tepat di depan kamar menjulang pohon mangga. Kaum tetumbuhan setiap malam rajin mengeluarkan karbon dioksida dan uap air sepanjang hari. Tidak heran kamar saya menjadi lembab, rentan jamur, baju dan buku terancam lapuk.     Untuk itulah saya memerlukan desiccants alias penyerap lembab yang dapat menyerap uap air dengan kuat. Saya pun mencoba Bagus Serap Air varian 450 ml sekali pakai. Bahan Aktif yang digunakan ialah butiran kalsium klorida (CaCl). Hasilnya? Dalam waktu 30 hari satu wadah penuh terisi cairan air dan garam yang berasal dari kelembaban di kamar saya.

Teh Tarik

Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, minuman bernama teh tarik ini bisa dibilang barang baru. Minuman yang berasal dari campuran teh hitam dengan susu ini baru dikenal awal tahun 200an, saat beberapa restoran menawarkan menu-menu ala negeri jiran, terutama Malaysia dan Singapura. Teh tarik biasa disajikan bersama roti bakar dan wafel di restoran-restoran ini.     Teh tarik sering rancu diartikan sebagai teh susu. Walau benar sebagian, ada perbedaan kecil antara teh tarik dan teh susu. Teh tarik adalah teh susu yang dituang bolak-balik di antara dua gelas besar sehingga menghasilkan cita rasa yang khas. Teh susu yang biasa disajikan di booth-booth berbagai merek teh biasanya hanya teh hitam dicampur susu yang dikocok beberapa saat dengan es batu.

The Last Ship

Sebuah virus yang lebih mematikan dari Ebola dan lebih menular dari SARS menyerang penduduk bumi. Belum ada vaksinnya. Penduduk dunia yang tewas karena virus bertambah dengan cepat dari hari ke hari. Harapan terakhir ada di pundak virolog Dr. Rachel Scott dan awak kapal USS Nathan James. Mereka berjuang mencari vaksin virus tersebut agar dapat segera diberikan kepada orang-orang yang terinfeksi. The Last Ship adalah tontonan yang tepat bagi wanita pencandu ketegangan tapi tidak ingin kehilangan hiburan wajah-wajah tampan. Marinir-marini kapal USS Nathan James adalah gambaran ideal pasukan angkatan laut. Taktis, kuat, gesit, lincah, serba bisa, dan lumayan punya rasa humor. Bagi para wanita, inilah salah satu serial yang memanjakan mata.