Langsung ke konten utama

Impor dan Perannya dalam Kreativitas Industri



Melanjutkan tulisan saya tentang Swasembada, kali ini saya ingin mengupas keuntungan impor. Sisi baik impor, industri kreatif dan dunia perdagangan Indonesia mampu berkembang sehingga bisa menambah nilai (added value) pada industri tekstil dengan meniru dan memodifikasi produk buatan mancanegara.

3 macan Asia (Cina, Jepang, dan Korea) mengembangkan industrinya dengan cara meniru. Sesudah kalah Perang Dunia 2, Jepang segera membenahi negaranya yang hancur. Salah satu industri yang berpikir out of the box adalah industri manufaktur, terutama Sony dan Toyota. Mereka mulai meniru berbagai produk otomotif dan elektronik buatan Amerika dan Eropa, dan mengekspornya. Awalnya penduduk Amerika dan Eropa memandang remeh buatan Jepang, berpikir mereka barang yang mudah rusak (seperti persepsi kita akan produk China sekarang). Melalui modifikasi dan perbaikan terus menerus, akhirnya produk manufaktur Jepang bisa diterima masyarakat dunia. Era kejayaan produk Jepang dimulai tahun 70an hingga awal abad 21.
China dan Korea (lebih spesifik: Korea Selatan) melihat Jepang mampu menguasai dunia dengan dua cara itu, tertarik menggunakannya juga. Mereka pun meniru dan memodifikasi produk manufaktur Jepang. Korea memodifikasi dengan cara membuat variasi yang lebih banyak daripada produk Jepang. China memodifikasi dengan membuat versi murah dan terjangkaunya.
Memang pada awalnya kedua negara tersebut adalah sasaran impor manufaktur Jepang. Tapi mereka berhasil membuat produk sejenis yang lebih bervariasi dan murah, dan membanjiri pasar di seluruh dunia. Sekarang China tersohor sebagai Pusat Manufaktur Dunia.
Kedua negara tersebut membuktikan bahwa dengan sedikit sentuhan kreativitas, kita bisa menciptakan produk yang mirip tapi beda dan disukai pasar. Mereka tidak alergi impor. Nilai impor Jepang ke China mencapai miliaran yuan. Hanya produknya saja yang bergeser. Kalau dulu Jepang mengirim produk otomotif dan manufaktur ke China, sekarang mereka kebanyakan mengirim produk tekstil dan makanan sehat ke China.
Hubungan dagang ini juga tetap menguntungkan Jepang, terutama industri pariwisatanya. Turis China dan Korea lebih suka berlibur ke Jepang yang udaranya relatif lebih bersih daripada negara mereka dan transportasinya lebih aman dan nyaman. Pemasukan dari industri pariwisata terbukti lebih mampu menyejahterakan penduduk mayoritas Jepang dibanding industri otomotif dan manufaktur.
Indonesia juga bisa meniru langkah 3 Macan Asia tersebut. Kita bisa menjual paket wisata pedalaman yang belum tersentuh manusia, wisata kerajinan tangan, atau wisata menonton ikan (di Indonesia Timur).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bagus Serap Air

    Konsekuensi dari tinggal di kamar kos dekat pohon besar adalah kamar yang lembab. Begitu pula dengan kamar saya. Tepat di depan kamar menjulang pohon mangga. Kaum tetumbuhan setiap malam rajin mengeluarkan karbon dioksida dan uap air sepanjang hari. Tidak heran kamar saya menjadi lembab, rentan jamur, baju dan buku terancam lapuk.     Untuk itulah saya memerlukan desiccants alias penyerap lembab yang dapat menyerap uap air dengan kuat. Saya pun mencoba Bagus Serap Air varian 450 ml sekali pakai. Bahan Aktif yang digunakan ialah butiran kalsium klorida (CaCl). Hasilnya? Dalam waktu 30 hari satu wadah penuh terisi cairan air dan garam yang berasal dari kelembaban di kamar saya.

Teh Tarik

Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, minuman bernama teh tarik ini bisa dibilang barang baru. Minuman yang berasal dari campuran teh hitam dengan susu ini baru dikenal awal tahun 200an, saat beberapa restoran menawarkan menu-menu ala negeri jiran, terutama Malaysia dan Singapura. Teh tarik biasa disajikan bersama roti bakar dan wafel di restoran-restoran ini.     Teh tarik sering rancu diartikan sebagai teh susu. Walau benar sebagian, ada perbedaan kecil antara teh tarik dan teh susu. Teh tarik adalah teh susu yang dituang bolak-balik di antara dua gelas besar sehingga menghasilkan cita rasa yang khas. Teh susu yang biasa disajikan di booth-booth berbagai merek teh biasanya hanya teh hitam dicampur susu yang dikocok beberapa saat dengan es batu.

The Last Ship

Sebuah virus yang lebih mematikan dari Ebola dan lebih menular dari SARS menyerang penduduk bumi. Belum ada vaksinnya. Penduduk dunia yang tewas karena virus bertambah dengan cepat dari hari ke hari. Harapan terakhir ada di pundak virolog Dr. Rachel Scott dan awak kapal USS Nathan James. Mereka berjuang mencari vaksin virus tersebut agar dapat segera diberikan kepada orang-orang yang terinfeksi. The Last Ship adalah tontonan yang tepat bagi wanita pencandu ketegangan tapi tidak ingin kehilangan hiburan wajah-wajah tampan. Marinir-marini kapal USS Nathan James adalah gambaran ideal pasukan angkatan laut. Taktis, kuat, gesit, lincah, serba bisa, dan lumayan punya rasa humor. Bagi para wanita, inilah salah satu serial yang memanjakan mata.