Langsung ke konten utama

47 Museum Jakarta by Edi Dimyati

    Apa yang terlintas di benak kita jika mendengar kata museum? Pasti yang terbayang di antaranya bangunan tua berisi benda-benda dari masa lalu ataupun fosil dan tulang belulang. Gambaran ini berbeda dengan arti kata museum. Kata museum berasal dari kata Yunani "museion" yang berarti tempat memuja 9 dewi simbol ilmu pengetahuan dan kesenian. Museum di Indonesia terkesan suram dan gelap, bukan tempat menarik dan seru untuk berburu berbagai macam informasi.
    47 Museum Jakarta yang disusun oleh Edi Dimyati bertujuan memberi kita informasi yang memadai mengenai museum-museum di Jakarta. Teman-teman pasti tidak menyangka jumlah museum di Jakarta mencapai 47, bukan? Selain gambaran sekilas mengenai sekian banyak museum tadi, di buku ini disediakan informasi mengenai 3 komunitas yang sering mengadakan kegiatan yang berhubungan dengan museum.
    Ada 10 tema untuk mengkategorikan bermacam jenis museum di buku ini, yaitu Seni, Ekonomi, Etnografi, Flora&Fauna, Iptek, Militer, Olah Raga, Politik, Religi dan Sejarah. Sebagian museum-museum ini terletak di Taman Mini Indonesia Indah sehingga kita bisa mengunjungi mereka dengan mudah dan efisien. Museum bertema sejarah dan ekonomi biasanya terletak di Kota Tua. Museum-museum lainnya tersebar di seluruh Jakarta.

    Bagian paling menarik dari buku ini adalah Museum yang bertema Seni dan Ekonomi dimana mata kita dimanjakan oleh gambar-gambar interior yang menarik. Bagian museum Politik di buku ini merupakan bagian paling informatif. Penjelasannya lebih mendetail dan panjang. Gambarnya pun lebih banyak.
    Informasi yang disajikan dalam buku ini mencakup gambaran singkat profil dan sejarah pendirian museum, alamat, nomor telepon, nomor faksimili, e-mail, situs yang bisa diakses (jika ada), waktu operasional, dan biaya masuk. Rangkaian informasi yang sangat detail ini membuat kita bisa merencanakan perjalanan ke museum-museum tersebut dan merencanakan apa saja yang bisa kita lakukan di sana. Beberapa museum mensyaratkan adanya perjanjian dulu dengan pengelola museum agar pengunjung bisa masuk museum.
    Kualitas kertas yang digunakan dalam buku ini bagus. Tulisan dan gambar terlihat sama bagus dan tercetak jelas. Hanya ukuran tulisan yang digunakan terlalu kecil sehingga diperlukan sedikit usaha untuk membacanya. Karena keterbatasan halaman, gambar dan uraian per museum relatif sedikit (hanya berupa garis besar).
    Gaya bahasa yang dipakai dalam buku ini terlalu formal karena orientasi penyusunan buku ini lebih pada memberi informasi museum-museum di jakarta dengan singkat. Juga terasa bahwa cerita yang disampaikan adalah titipan dari pengelola museum, bukannya pengalaman pribadi penulis sendiri. Gaya penulisan yang formal ini membuat buku setebal 316 halaman kurang menarik dibaca sebagai buku penghibur di kala senggang.
    Secara umum buku yang saya beli seharga IDR 16500 (harga sesungguhnya IDR 50000) ini adalah buku panduan yang sangat bagus bila kita ingin berwisata ke museum-museum di Jakarta. Kita jadi tahu bahwa museum tidak melulu suram dan kuno. Beberapa museum, seperti Museum Listrik dan Museum Bank Mandiri, memiliki wahana futuristik yang cocok untuk menggali informasi dengan cara menyenangkan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bagus Serap Air

    Konsekuensi dari tinggal di kamar kos dekat pohon besar adalah kamar yang lembab. Begitu pula dengan kamar saya. Tepat di depan kamar menjulang pohon mangga. Kaum tetumbuhan setiap malam rajin mengeluarkan karbon dioksida dan uap air sepanjang hari. Tidak heran kamar saya menjadi lembab, rentan jamur, baju dan buku terancam lapuk.     Untuk itulah saya memerlukan desiccants alias penyerap lembab yang dapat menyerap uap air dengan kuat. Saya pun mencoba Bagus Serap Air varian 450 ml sekali pakai. Bahan Aktif yang digunakan ialah butiran kalsium klorida (CaCl). Hasilnya? Dalam waktu 30 hari satu wadah penuh terisi cairan air dan garam yang berasal dari kelembaban di kamar saya.

Teh Tarik

Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, minuman bernama teh tarik ini bisa dibilang barang baru. Minuman yang berasal dari campuran teh hitam dengan susu ini baru dikenal awal tahun 200an, saat beberapa restoran menawarkan menu-menu ala negeri jiran, terutama Malaysia dan Singapura. Teh tarik biasa disajikan bersama roti bakar dan wafel di restoran-restoran ini.     Teh tarik sering rancu diartikan sebagai teh susu. Walau benar sebagian, ada perbedaan kecil antara teh tarik dan teh susu. Teh tarik adalah teh susu yang dituang bolak-balik di antara dua gelas besar sehingga menghasilkan cita rasa yang khas. Teh susu yang biasa disajikan di booth-booth berbagai merek teh biasanya hanya teh hitam dicampur susu yang dikocok beberapa saat dengan es batu.

The Last Ship

Sebuah virus yang lebih mematikan dari Ebola dan lebih menular dari SARS menyerang penduduk bumi. Belum ada vaksinnya. Penduduk dunia yang tewas karena virus bertambah dengan cepat dari hari ke hari. Harapan terakhir ada di pundak virolog Dr. Rachel Scott dan awak kapal USS Nathan James. Mereka berjuang mencari vaksin virus tersebut agar dapat segera diberikan kepada orang-orang yang terinfeksi. The Last Ship adalah tontonan yang tepat bagi wanita pencandu ketegangan tapi tidak ingin kehilangan hiburan wajah-wajah tampan. Marinir-marini kapal USS Nathan James adalah gambaran ideal pasukan angkatan laut. Taktis, kuat, gesit, lincah, serba bisa, dan lumayan punya rasa humor. Bagi para wanita, inilah salah satu serial yang memanjakan mata.