Langsung ke konten utama

Crazy for Coats

       Baru-baru ini saya bersih-bersih lemari, menyeleksi pakaian apa saja yang layak dilungsurkan, dan mana yang sebaiknya dipertahankan. Pakaian saya tidak banyak. Satu lemari ukurang 1m x 0.5m x 1,8m bisa menampung semua baju plus elektronika, beberapa set sprei dan perlengkapan sholat. Yang agak mengejutkan justru saat saya mendaftar jenis pakaian yang ada. Di samping blus dan kaos (sebagai pakaian default), ternyata saya punya coat (diterjemahkan kasar jadi jas panjang, karena jika diterjemahkan jadi mantel bahannya kurang tebal). Ada lebih dari 10 jas panjang (coat) yang menumpuk di lemari, 8 di antaranya rutin dipakai sehari-hari.
         Fakta ini bagi saya agak mengejutkan karena saya tidak ingat seberapa sering membeli sejumlah jas panjang itu. Jas (coat) paling baru yang dimiliki dibeli tahun 2012, 2 tahun yang lalu. Tapi coat lain? Lungsuran/warisan dari saudara dan teman. Sepertinya mereka sadar sekali dengan preferensi saya akan satu jenis pakaian itu, makanya mereka rajin melungsurkan coat.
         
Kenapa saya begitu doyan mengoleksi jas (coat)? Kenapa bukan dress atau rok panjang seperti wanita umumnya? Kalau diingat-ingat, itu akibat komik-komik yang dibaca sedari balita. Tokoh komik karya Clamp, kelompok komikus favorit saya, acap memakai jas/coat dalam berbagai kesempatan. Bahkan android (robot mirip manusia) juga digambarkan kerap memakai coat. Lama-lama,saya jadi senang melihat gambar-gambar jas di majalah wanita. Beberapa baju milik ibu yang kekecilan pun dipermak menjadi jas panjang yang muat dengan ukuran mungil tubuhku. Setelah bekerja dan punya duit sendiri, akhirnya saya bisa memuaskan hasrat belanja coat sendiri.
Apa yang membuat jas/coat terasa begitu spesial? Mungkin karena kesan resmi yang ditimbulkannya. Saat memakai jas, lawan bicara atau orang sekitar akan menganggap kita lebih serius dan memperhatikan ucapan kita. Mereka tidak akan mempertanyakan kemampuan kita dan menganggap kita ada di level yang lebih tinggi.

     Memilih coat/jas yang bagus sangat tergantung dengan suasana kantor atau kelas kuliah kita. Semasa masih kulaih di S1, saya lebih suka coat/ jas tipis dari bahan batik atau katun yang menyerap keringat, karena ruang kelas dan laboratorium tidak dilengkapi AC. Sesudah bekerja, coat/jas resmi dari bahan kain menjadi pilihan utama, karena ruangan kantor sangat dingin dan kebanyakan aktivitas dilakukan di dalam ruangan. Walau demikian, coat/jas batik tetap bisa dipakai di hari Jumat. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bagus Serap Air

    Konsekuensi dari tinggal di kamar kos dekat pohon besar adalah kamar yang lembab. Begitu pula dengan kamar saya. Tepat di depan kamar menjulang pohon mangga. Kaum tetumbuhan setiap malam rajin mengeluarkan karbon dioksida dan uap air sepanjang hari. Tidak heran kamar saya menjadi lembab, rentan jamur, baju dan buku terancam lapuk.     Untuk itulah saya memerlukan desiccants alias penyerap lembab yang dapat menyerap uap air dengan kuat. Saya pun mencoba Bagus Serap Air varian 450 ml sekali pakai. Bahan Aktif yang digunakan ialah butiran kalsium klorida (CaCl). Hasilnya? Dalam waktu 30 hari satu wadah penuh terisi cairan air dan garam yang berasal dari kelembaban di kamar saya.

Teh Tarik

Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, minuman bernama teh tarik ini bisa dibilang barang baru. Minuman yang berasal dari campuran teh hitam dengan susu ini baru dikenal awal tahun 200an, saat beberapa restoran menawarkan menu-menu ala negeri jiran, terutama Malaysia dan Singapura. Teh tarik biasa disajikan bersama roti bakar dan wafel di restoran-restoran ini.     Teh tarik sering rancu diartikan sebagai teh susu. Walau benar sebagian, ada perbedaan kecil antara teh tarik dan teh susu. Teh tarik adalah teh susu yang dituang bolak-balik di antara dua gelas besar sehingga menghasilkan cita rasa yang khas. Teh susu yang biasa disajikan di booth-booth berbagai merek teh biasanya hanya teh hitam dicampur susu yang dikocok beberapa saat dengan es batu.

The Last Ship

Sebuah virus yang lebih mematikan dari Ebola dan lebih menular dari SARS menyerang penduduk bumi. Belum ada vaksinnya. Penduduk dunia yang tewas karena virus bertambah dengan cepat dari hari ke hari. Harapan terakhir ada di pundak virolog Dr. Rachel Scott dan awak kapal USS Nathan James. Mereka berjuang mencari vaksin virus tersebut agar dapat segera diberikan kepada orang-orang yang terinfeksi. The Last Ship adalah tontonan yang tepat bagi wanita pencandu ketegangan tapi tidak ingin kehilangan hiburan wajah-wajah tampan. Marinir-marini kapal USS Nathan James adalah gambaran ideal pasukan angkatan laut. Taktis, kuat, gesit, lincah, serba bisa, dan lumayan punya rasa humor. Bagi para wanita, inilah salah satu serial yang memanjakan mata.