Langsung ke konten utama

Drunk,Tank,Pink By Adam Alter

   Percayakah anda bahwa hampir semua keputusan dan nasib manusia terkait dengan hal-hal kecil dan sederhana? Percayakah bahwa jauh di sudut pikiran, kita masih melakukan, memikirkan dan mengalami bias? Drunk, Tank, Pink yang ditulis Adam Alter berusaha menjawab dan menjelaskan itu semua.
    Seperti halnya Outliers karya Malcolm Gladwell, premis utama buku ini menjelaskan satu hal yang disebut Butterfly Effect, bahwa perbedaan tipis saja bisa memberikan hasil yang jauh berbeda. Perbedaan itu bisa berakar jauh di dalam kondisi mental dan biologis seseorang, tapi bisa juga berasal dari kebiasaannya.
    Alter menjelaskan beberapa dengan dilengkapi riset-riset pendukungnya, misal: kenapa polisi di Inggris dan Amerika Serikat bisa “khilaf” membantai orang-orang kulit hitam berdasar kecurigaan saja, kenapa pemakai kostum warna merah lebih banyak menang di Olimpiade, kenapa orang cenderung marah saat iklim/cuaca memanas, kenapa politisi bernama sederhana lebih banyak terpilih, dan lain-lain. Di bagian epilog, Alter menjelaskan dengan ilustrasi sederhana pengaruh sejumlah hal di atas terhadap nasib seseorang.
    Buku ini menarik karena mempertanyakan sekaligus menjelaskan (baik pro maupun kontra) suatu hal yang dipercaya oleh sebagian besar orang. Bahwa hal-hal kecil yang sepertinya tidak berhubungan bisa menentukan baik-buruknya nasib seseorang.
     Jika dilihat dari tata cara penulisan maupun cara Alter membuat pembacanya ketagihan, buku ini belum berhasil melakukannya. Daya rekatnya tidak sebesar Salt,Sugar,Fat (Michael Moss) atau Flash Boys (Michael Lewis). Namun, buku ini berhasil membuat saya memahami cara kerja otak dan bagaimana memanipulasi impuls saraf untuk mendapatkan hasil sesuai yang saya inginkan.
     Buku ini wajib dibaca oleh semua peminat dan pelaku ilmu psikologi. Dari sini kita bisa sadar bahwa psikologi manusia tidak hanya bisa dimanipulasi oleh obat atau cahaya saja, tapi juga oleh warna baju (pink mengurangi agresivitas, merah justru memacunya), nama, lokasi, suhu dan pelbagai kondisi fisik.
     Pasca membaca Drunk, Tank, Pink, mungkin kita jadi bertanya-tanya, kalau manusia sedemikian mudah dimanipulasi justru oleh hal-hal yang bersifat fisik dan biologis, lantas apa yang dimaksud dengan jiwa, panggilan hidup, roh atau arwah, yang kata kitab-kita suci terbebaskan dari tubuh fisik saat kita wafat? Bukannya manusia justru adalah makhluk fisik? Drunk Tank Pink memberikan bukti yang bisa diverifikasi, bukan sekadar omong kosng yang menuntut kita percaya penuh tanpa keraguan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bagus Serap Air

    Konsekuensi dari tinggal di kamar kos dekat pohon besar adalah kamar yang lembab. Begitu pula dengan kamar saya. Tepat di depan kamar menjulang pohon mangga. Kaum tetumbuhan setiap malam rajin mengeluarkan karbon dioksida dan uap air sepanjang hari. Tidak heran kamar saya menjadi lembab, rentan jamur, baju dan buku terancam lapuk.     Untuk itulah saya memerlukan desiccants alias penyerap lembab yang dapat menyerap uap air dengan kuat. Saya pun mencoba Bagus Serap Air varian 450 ml sekali pakai. Bahan Aktif yang digunakan ialah butiran kalsium klorida (CaCl). Hasilnya? Dalam waktu 30 hari satu wadah penuh terisi cairan air dan garam yang berasal dari kelembaban di kamar saya.

Teh Tarik

Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, minuman bernama teh tarik ini bisa dibilang barang baru. Minuman yang berasal dari campuran teh hitam dengan susu ini baru dikenal awal tahun 200an, saat beberapa restoran menawarkan menu-menu ala negeri jiran, terutama Malaysia dan Singapura. Teh tarik biasa disajikan bersama roti bakar dan wafel di restoran-restoran ini.     Teh tarik sering rancu diartikan sebagai teh susu. Walau benar sebagian, ada perbedaan kecil antara teh tarik dan teh susu. Teh tarik adalah teh susu yang dituang bolak-balik di antara dua gelas besar sehingga menghasilkan cita rasa yang khas. Teh susu yang biasa disajikan di booth-booth berbagai merek teh biasanya hanya teh hitam dicampur susu yang dikocok beberapa saat dengan es batu.

The Last Ship

Sebuah virus yang lebih mematikan dari Ebola dan lebih menular dari SARS menyerang penduduk bumi. Belum ada vaksinnya. Penduduk dunia yang tewas karena virus bertambah dengan cepat dari hari ke hari. Harapan terakhir ada di pundak virolog Dr. Rachel Scott dan awak kapal USS Nathan James. Mereka berjuang mencari vaksin virus tersebut agar dapat segera diberikan kepada orang-orang yang terinfeksi. The Last Ship adalah tontonan yang tepat bagi wanita pencandu ketegangan tapi tidak ingin kehilangan hiburan wajah-wajah tampan. Marinir-marini kapal USS Nathan James adalah gambaran ideal pasukan angkatan laut. Taktis, kuat, gesit, lincah, serba bisa, dan lumayan punya rasa humor. Bagi para wanita, inilah salah satu serial yang memanjakan mata.