Langsung ke konten utama

Why Nations Fail : The Origins Of Power, Prosperity And Poverty By Daron Acemoglu Dan James A Robinson

Why Nations Fail ? (Mengapa Negara Gagal?) merupakan  salah satu buku yang sering sekali dikutip dalam editorial dan opini media-media beroplah besar seperti Kompas, Tempo dan New York Times. Buku lain yang juga sering disinggung adalah Guns, Germs and Steel dari Jared Diamond. Menurut Mayong Laksono dalam Intisari, kedua buku ini sangat relevan dikaitkan dengan kondisi demokrasi dan perbedaan pertumbuhan antar negara dan benua dewasa ini.

Walaupun kedua buku tersebut sama-sama membahas bangun jatuhnya perekonomian sejumlah negara, tapi Why Nations Fail menambahkan peran demokrasi secara mendetail terhadap pemerataan pertumbuhan ekonomi. Keputusan politik sangat menentukan keberhasilan perekonomian dan pemerataan kesejahteraan warga di suatu negara. Institusi ekonomi yang tepat bisa menentukan keberhasilan ekonomi suatu negara. Institusi ekonomi yang tepat bisa menentukan keberhasilan ekonomi suatu negara / wilayah  (dari sinilah muncul kredo kutukan sumber daya alam). 
Acemoglu dan Robinson menjelaskan premis-premis di atas melalui sejarah negara-negara yang tersebar di 6 Benua. Keduanya juga menjelaskan perlunya setiap orang menghargai proses demokrasi yang berlangsung, menghargai betapa pentingnya perbedaan pendapat dan menyadari bahwa ketergantungan pemerintahan atau politik terhadap sumber daya alam justru bisa membahayakan. Institusi ekonomi ekstraktif cenderung membuat manusia menjadi serakah dan korup karena kurangny rasa kepemilikan dan minimnya partisipasi masyarakat sekitar.
Why Nations Fail menggambarkan bahwa adanya dominasi satu kelompok politik saja dalam satu negara justru memunculkan kediktatoran dan penderitaan bagi mayoritas warga negara. Contohnya: Indonesia di Era Soeharto, Tiongkok di Era Mao Zedong, atau Venezuela di era Hugo Chavez.
Tangan-tangan tak terlihat, terminologi yang dipakai adam smith, juga berlaku di dunia politik. Dalam buku ini, Acemoglu dan Robinson berargumen bahwa untuk menjaga kepentingan diri dan kelompoknya, sejumlah orang akan memanfaatkan kemakmuran dan modal politiknya untuk menarik ulur hukum dan peraturan, seperti yang terjadi di Inggris, Prancis dan Botswana. Uraian-uraian keduanya membantu kita memahami kenapa Freeport sangat sulit untuk tunduk kepada pemerintah RI dan kenapa Indonesia harus membayar 4.5 Milyar Gulden sebagai harga kemerdekaan.
Kalau melihat dari struktur kata, keruntutan tema dan pemilihan kata, buu setebal 582 halaman ini sangat enak dibaca. Kita bisa membandingkan uraian peristiwa sejarah dalam buku ini dengan pelajaran sejarah versi pemerintah yang didapat di bangku sekolah. Lembar demi lembar bisa dilahap dengan cepat seraya ita terpesona dengan proses-proses demokrasi yang berlangsung selama ratusan tahun di berbagai belahan dunia.

Why Nations Fail sangat dianjurkan dibaca terutama bagi pelajar dan mahasiswa yang ingin mendalami ekonomi politik, mahasiswa fisipol dan hukum yang perlu memahami konsep hukum dan siapa saja yang ingin mencoba mengerti sejarah politik dan ekonomi. Bagi masyarakat awam, buku ini pun sangat dianjurkan untuk dibaca, terutama bila kita ingin memahami kenapa negara Eropa bisa sedemikian toleran dan maju secara ekonomi dan sosial, sementara negara-negara Arab bisa sedemikian kaya tapi kelakuannya sangat barbar. Harga buku sebesar IDR 110ribu ini terasa sangat murah dibanding manfaat yang didapat setelah membacanya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bagus Serap Air

    Konsekuensi dari tinggal di kamar kos dekat pohon besar adalah kamar yang lembab. Begitu pula dengan kamar saya. Tepat di depan kamar menjulang pohon mangga. Kaum tetumbuhan setiap malam rajin mengeluarkan karbon dioksida dan uap air sepanjang hari. Tidak heran kamar saya menjadi lembab, rentan jamur, baju dan buku terancam lapuk.     Untuk itulah saya memerlukan desiccants alias penyerap lembab yang dapat menyerap uap air dengan kuat. Saya pun mencoba Bagus Serap Air varian 450 ml sekali pakai. Bahan Aktif yang digunakan ialah butiran kalsium klorida (CaCl). Hasilnya? Dalam waktu 30 hari satu wadah penuh terisi cairan air dan garam yang berasal dari kelembaban di kamar saya.

Teh Tarik

Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, minuman bernama teh tarik ini bisa dibilang barang baru. Minuman yang berasal dari campuran teh hitam dengan susu ini baru dikenal awal tahun 200an, saat beberapa restoran menawarkan menu-menu ala negeri jiran, terutama Malaysia dan Singapura. Teh tarik biasa disajikan bersama roti bakar dan wafel di restoran-restoran ini.     Teh tarik sering rancu diartikan sebagai teh susu. Walau benar sebagian, ada perbedaan kecil antara teh tarik dan teh susu. Teh tarik adalah teh susu yang dituang bolak-balik di antara dua gelas besar sehingga menghasilkan cita rasa yang khas. Teh susu yang biasa disajikan di booth-booth berbagai merek teh biasanya hanya teh hitam dicampur susu yang dikocok beberapa saat dengan es batu.

The Last Ship

Sebuah virus yang lebih mematikan dari Ebola dan lebih menular dari SARS menyerang penduduk bumi. Belum ada vaksinnya. Penduduk dunia yang tewas karena virus bertambah dengan cepat dari hari ke hari. Harapan terakhir ada di pundak virolog Dr. Rachel Scott dan awak kapal USS Nathan James. Mereka berjuang mencari vaksin virus tersebut agar dapat segera diberikan kepada orang-orang yang terinfeksi. The Last Ship adalah tontonan yang tepat bagi wanita pencandu ketegangan tapi tidak ingin kehilangan hiburan wajah-wajah tampan. Marinir-marini kapal USS Nathan James adalah gambaran ideal pasukan angkatan laut. Taktis, kuat, gesit, lincah, serba bisa, dan lumayan punya rasa humor. Bagi para wanita, inilah salah satu serial yang memanjakan mata.