Langsung ke konten utama

BBC State of Play by Paul Abbott

Di tahun 2010, ada sebuah film drama psychology-thriller yang mencuri perhatian penikmat film. Jalan cerita dan endingnya sulit ditebak, tapi dialog dan latar belakang suasananya menggigit. Film tersebut punya premis: the one you’re ready to be taken a bullet for, sometimes is the one behind the gun. Walau didukung oleh sederet bintang papan atas seperti Helen Mirren, Russel Crowe dan Ben Affleck, film ts terasa membosankan. Setting suasananya terasa ketinggalan jauh dibanding dialognya. Suasana mencekam semakin luntur di akhir cerita. Film tersebut berjudul State of Play.

Tahun 2015, saya menemukan versi original dari State of Play dengan format drama televisi yang disiarkan BBC. Penasaran, saya pun mencoba menonton serial televisi sebanyak 6 episode dengan duarasi masing-masing 56 menit. And I am hooked. State of Play versi televisi jauh lebih menarik dibanding versi layar peraknya. Dialog-dialognya sederhana tapi menggigit, suasana yang terbangun lebih mencekam, fakta-fakta dikeluarkan sedikit demi sedikit sehingga alur cerita terjailn sedemikian rumit, membuat penonton sulit menebaknya. Walau sudah pernah menonton versi bioskopnya, entah kenapa saya masih berharap versi originalnya memberikan hasil yang berbeda. Dan saya tidak kecewa saat tahu bahwa akhir ceritanya sama.
Cal McCaffrey terkejut saat sejumlah kolega wartawannya mengatakan bahwa Stephen Collins, sobat lamanya, menghadapi skandal. Asistennya ditemukan tewas terlindas kereta api, dan Collins tampak sangat berduka. McCaffrey yang sedang menginvestigasi tewasnya seorang tersangka kurir narkoba menemukan bahwa kedua peristiwa tersebut terkait. Ia pun tertarik menginvestigasi kematian si asisten, dengan harapan bila menemukan kebenaran ia dapat membantu sahabat lamanya. Akan tetapi kebenaran justru menohoknya, dan ia harus menuliskan kebenaran seberapapun pahitnya itu.
Serial televisi State of Play yang tayang tahun 2003 di stasiun tv BBC One ini dibintangi oleh John Simm, David Morissey, Kelly McDonald, Bill Nighy, dan James McAvoy. Sutradara dipegang oleh David Yates (yang juga menggarap sejumlah sekuel Harry Potter) dengan penulis skenario Paul Abbott. Serial psychology political thriller ini bisa didapat dalam format DVD Box yang bisa dibeli lewat Amazon atau Disc Tara.

Bagi teman-teman yang menyukai sinetron dengan dialog menggigit dan porsi ketegangan tinggi, State of Play layak dikoleksi. Cukup luangkan waktu sejam setiap hari untuk menonton satu episode, and you will get a thrilling and capturing story.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bagus Serap Air

    Konsekuensi dari tinggal di kamar kos dekat pohon besar adalah kamar yang lembab. Begitu pula dengan kamar saya. Tepat di depan kamar menjulang pohon mangga. Kaum tetumbuhan setiap malam rajin mengeluarkan karbon dioksida dan uap air sepanjang hari. Tidak heran kamar saya menjadi lembab, rentan jamur, baju dan buku terancam lapuk.     Untuk itulah saya memerlukan desiccants alias penyerap lembab yang dapat menyerap uap air dengan kuat. Saya pun mencoba Bagus Serap Air varian 450 ml sekali pakai. Bahan Aktif yang digunakan ialah butiran kalsium klorida (CaCl). Hasilnya? Dalam waktu 30 hari satu wadah penuh terisi cairan air dan garam yang berasal dari kelembaban di kamar saya.

Teh Tarik

Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, minuman bernama teh tarik ini bisa dibilang barang baru. Minuman yang berasal dari campuran teh hitam dengan susu ini baru dikenal awal tahun 200an, saat beberapa restoran menawarkan menu-menu ala negeri jiran, terutama Malaysia dan Singapura. Teh tarik biasa disajikan bersama roti bakar dan wafel di restoran-restoran ini.     Teh tarik sering rancu diartikan sebagai teh susu. Walau benar sebagian, ada perbedaan kecil antara teh tarik dan teh susu. Teh tarik adalah teh susu yang dituang bolak-balik di antara dua gelas besar sehingga menghasilkan cita rasa yang khas. Teh susu yang biasa disajikan di booth-booth berbagai merek teh biasanya hanya teh hitam dicampur susu yang dikocok beberapa saat dengan es batu.

The Last Ship

Sebuah virus yang lebih mematikan dari Ebola dan lebih menular dari SARS menyerang penduduk bumi. Belum ada vaksinnya. Penduduk dunia yang tewas karena virus bertambah dengan cepat dari hari ke hari. Harapan terakhir ada di pundak virolog Dr. Rachel Scott dan awak kapal USS Nathan James. Mereka berjuang mencari vaksin virus tersebut agar dapat segera diberikan kepada orang-orang yang terinfeksi. The Last Ship adalah tontonan yang tepat bagi wanita pencandu ketegangan tapi tidak ingin kehilangan hiburan wajah-wajah tampan. Marinir-marini kapal USS Nathan James adalah gambaran ideal pasukan angkatan laut. Taktis, kuat, gesit, lincah, serba bisa, dan lumayan punya rasa humor. Bagi para wanita, inilah salah satu serial yang memanjakan mata.