Langsung ke konten utama

Begin Again Dan Lonceng Kematian Compact Disc (CD)


Baru-baru ini saya menonton Begin Again, film musikal tentang idealisme dunia musik. Greta James yang patah hati akibat pacarnya selingkuh bertemu produser musik yang melarat dan tidak produktif. Berdua, mereka membuat sebuah album musik yang direkam secara langsung di ruang terbuka (outdoor music). Rencananya, album yang sudah selesai itu akan diserahkan pada sebuah label untuk dipoles dan didistribusikan. Setelah mengetahui bahwa ia dan bandnya hanya mendapat 10% dari harga penjualan sebuah CD, Greta memutuskan mendistribusikan sendiri albumnya lewat internet. Hanya dalam 24 jam, 10 ribu orang membeli albumnya.
Begin Again sebenarnya sebuah film tentang keluarga dan kehidupan. Bagaimana bangkit setelah terpuruk, bagaimana berdamai dengan masa lalu, dan bagaimana menghargai orang-orang terdekat. Dialognya sederhana, karakterisasi dan evolusi tiap tokohnya mulus nyaris tanpa hambatan.
Latar belakang cerita yang menyorot industri musiklah yang membuat Begin Again menarik. Label yang sekarat mencari artis baru tapi memperlakukan mereka seperti budak, proses produksi lagu yang ternyata dapat dilakukan di mana saja, musikus-musikus aliran klasik yang muak memainkan Vivaldi setiap hari (lalu memilih kerja sampingan di jalur indie), kesemuanya menggambarkan industri musik saat ini. Tidak ada batas yang jelas antara satu aliran musik dengan aliran lain. Lagu dan musik sudah terdemokratisasi, dapat diciptakan,dimainkan dan dinikmati siapa saja, sehingga pada ujungnya ia menjadi komoditas.

Banyak sekali kanal untuk memperoleh musik. Lagu-lagu mainstream masih mendominasi, tapi orang-orang mulai membeli musik dari aliran indie. Pendapatan musikus tidak hanya dari penjualan CD saja, tapi juga dari unduhan (iTunes atau LangitMusik), streaming, Youtube (dan Youku), serta tur konser musik keliling dunia. Tur inilah yang menyumbang pendapatan terbesar para musikus.
Penjualan CD justru semakin menyusut. Iming-iming kualitas suara yang mumpuni tidak mampu membuat orang tertarik membelinya. Di Indonesia saja, label-label berebutan menjual CD lewat gerai ayam goreng KFC dan CFC.
Dalam Begin Again, penjualan versi digital album milik Greta menembus 10ribu kopi dalam 24 jam. Orang lebih suka membeli file digital berkualitas tinggi dalam format FLAC ataupun kualitas rendah (.mp3) lewat internet. Penjualan file digital yang cukup tinggi untuk artis-artis baru ini secara langsung mengkanibal penjualan CD Greta yang belum diedarkan. Greta menang besar, semua uang penjualan musik diraup ia dan bandnya. Label kesal, karena kehilangan pemasukan dari penjualan CD. Jika dibuat sekuelnya, mungkin Begin Again 2 mengisahkan kehidupan Greta sebagai penulis lagu dan produser.
Bagi pendengar, CD tidak menarik karena besar dan tidak praktis. Bagi musisi, CD tidak menarik karena mereka hanya mendapat 10% dari nilai penjualan CD. Format CD hanya menarik bagi label dan distributor besar macam BMG atau Sony. Pendapatan terbesar musisi didapat dari tur konser, bukan dari CD. Peran CD bergeser menjadi pengenalan portofolio lagu-lagu musisi atau artis, plus alat promosi di radio.
Di tahun 2014, hanya Taylor Swift yang berhasil menjual CD hingga jutaan keping. Tahun 2015, kehormatan tersebut mendarat pada Adele. Musisi sekelas Justin Bieber sekalipun sudah bersyukur sekali jika bisa menembus penjualan 500ribu keping CD. Peran CD sedikit demi sedikit tergerus oleh iTunes dan Youtube. Mungkin 5-10 tahun lagu, CD hanyalah koleksi fisik langka yang dipamerkan di museum-museum musik.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bagus Serap Air

    Konsekuensi dari tinggal di kamar kos dekat pohon besar adalah kamar yang lembab. Begitu pula dengan kamar saya. Tepat di depan kamar menjulang pohon mangga. Kaum tetumbuhan setiap malam rajin mengeluarkan karbon dioksida dan uap air sepanjang hari. Tidak heran kamar saya menjadi lembab, rentan jamur, baju dan buku terancam lapuk.     Untuk itulah saya memerlukan desiccants alias penyerap lembab yang dapat menyerap uap air dengan kuat. Saya pun mencoba Bagus Serap Air varian 450 ml sekali pakai. Bahan Aktif yang digunakan ialah butiran kalsium klorida (CaCl). Hasilnya? Dalam waktu 30 hari satu wadah penuh terisi cairan air dan garam yang berasal dari kelembaban di kamar saya.

Teh Tarik

Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, minuman bernama teh tarik ini bisa dibilang barang baru. Minuman yang berasal dari campuran teh hitam dengan susu ini baru dikenal awal tahun 200an, saat beberapa restoran menawarkan menu-menu ala negeri jiran, terutama Malaysia dan Singapura. Teh tarik biasa disajikan bersama roti bakar dan wafel di restoran-restoran ini.     Teh tarik sering rancu diartikan sebagai teh susu. Walau benar sebagian, ada perbedaan kecil antara teh tarik dan teh susu. Teh tarik adalah teh susu yang dituang bolak-balik di antara dua gelas besar sehingga menghasilkan cita rasa yang khas. Teh susu yang biasa disajikan di booth-booth berbagai merek teh biasanya hanya teh hitam dicampur susu yang dikocok beberapa saat dengan es batu.

The Last Ship

Sebuah virus yang lebih mematikan dari Ebola dan lebih menular dari SARS menyerang penduduk bumi. Belum ada vaksinnya. Penduduk dunia yang tewas karena virus bertambah dengan cepat dari hari ke hari. Harapan terakhir ada di pundak virolog Dr. Rachel Scott dan awak kapal USS Nathan James. Mereka berjuang mencari vaksin virus tersebut agar dapat segera diberikan kepada orang-orang yang terinfeksi. The Last Ship adalah tontonan yang tepat bagi wanita pencandu ketegangan tapi tidak ingin kehilangan hiburan wajah-wajah tampan. Marinir-marini kapal USS Nathan James adalah gambaran ideal pasukan angkatan laut. Taktis, kuat, gesit, lincah, serba bisa, dan lumayan punya rasa humor. Bagi para wanita, inilah salah satu serial yang memanjakan mata.