Langsung ke konten utama

The Invisible Gorilla: Oleh Christopher Chabris Dan Daniel Simmons



 Walau diklaim sebagai international best seller, tetapi Gorilla jarang ditemui di berbagai rak buku di 2011. Mungkin karena penerbitnya kurang tenar (Penerbit Linikata) atau karena pada saat itu buku-buku Malcolm Gladwell dan Dan Brown masih menguasai penjualan.
 Dilihat dari judulnya saja langsung terlihat bahwa Chabris dan Simons menawarkan ide yang berbeda disbanding Blink karya Malcolm Gladwell. Jika Blink menelaah keunggulan intuisi, Gorilla justru mempertanyakan keefektifan intuisi. Hal lain yang berbeda dari Bink yaitu argument-argumen yang mendasari tulisan Chabris dan Simons ditopang oleh serangkaian penelitian independen yang dimuat oleh jurnal valid nan bergengsi macam Nature atau American Journal of Physics yang bias dilihat pembaca di tiap alinea dan dicek kesahihannya di bagian catatan.

 Dalam Gorilla, kedua pengarang tersebut mengungkapkan adanya enam ilusi yang mempengaruhi keputusan kita sehari-hari, yaitu ilusi ingatan, ilusi pengetahuan, ilusi perhatian, ilusi keyakinan, ilusi alasan dan ilusi potensi. Dasar dari semua ilusi tersebut adalah prasangka manusia, baik prasangka terhadap lingkungan ataupun prasangka terhadap diri sendiri.
 Chabris dan Simons menekankan bahayanya membuat keputusan bila hanya bergantung pada intuisi saja. Seperti salah mengenali pelaku kejahatan, salah menilai potensi diri sendiri, atau salah menunjuk pemegang jabatan. Mereka berdua menguji berbagai hipotesis dan pendapat umum sebelum mengemukakan keenam ilusi di atas. Dan hasilnya: kemauan berpikir mendalam, uji statistic, kerendah hatian dan olahraga ringan dan rutin bisa mengalahkan keenam intuisi di atas.
 Gorilla yang menekankan kedalaman berpikir berbeda dengan Blink yang berfokus pada kedangkalan berfikir. Kalau Blink mengajak kita membuat keputusan secepat mungkin, maka Gorilla menganjurkan pembacanya untuk mengabaikan intuisi sejenak dan menelaah setiap keputusan penting baik-baik.
 Walau terkesan membosankan, tapi saran di atas sangat bermanfaat bila kita punya waktu dan kesempatan untuk berpikir panjang.
 Kumpulan riset setebal 372 halaman yang disajikan dalam gaya bahasa lugas dan lucu ini sangat layak dikoleksi. Bagi masyarakat awam, Gorilla menyajikan sejumlah riset yang tidak mungkin dibaca atau diakses yang dapat memberi perspektif baru. Bagi kaum akademis atau pelajar, Gorilla memberi contoh yang baik bagaimana menulis makalah lebih terampil, enak dan mudah dimengerti.
 Sebetulnya agak disayangkan juga kita tidak bisa menemukan Gorilla di rak-rak buku. Terakhir di cek di bukukita.com Gorilla dijual seharga IDR 63750.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bagus Serap Air

    Konsekuensi dari tinggal di kamar kos dekat pohon besar adalah kamar yang lembab. Begitu pula dengan kamar saya. Tepat di depan kamar menjulang pohon mangga. Kaum tetumbuhan setiap malam rajin mengeluarkan karbon dioksida dan uap air sepanjang hari. Tidak heran kamar saya menjadi lembab, rentan jamur, baju dan buku terancam lapuk.     Untuk itulah saya memerlukan desiccants alias penyerap lembab yang dapat menyerap uap air dengan kuat. Saya pun mencoba Bagus Serap Air varian 450 ml sekali pakai. Bahan Aktif yang digunakan ialah butiran kalsium klorida (CaCl). Hasilnya? Dalam waktu 30 hari satu wadah penuh terisi cairan air dan garam yang berasal dari kelembaban di kamar saya.

Teh Tarik

Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, minuman bernama teh tarik ini bisa dibilang barang baru. Minuman yang berasal dari campuran teh hitam dengan susu ini baru dikenal awal tahun 200an, saat beberapa restoran menawarkan menu-menu ala negeri jiran, terutama Malaysia dan Singapura. Teh tarik biasa disajikan bersama roti bakar dan wafel di restoran-restoran ini.     Teh tarik sering rancu diartikan sebagai teh susu. Walau benar sebagian, ada perbedaan kecil antara teh tarik dan teh susu. Teh tarik adalah teh susu yang dituang bolak-balik di antara dua gelas besar sehingga menghasilkan cita rasa yang khas. Teh susu yang biasa disajikan di booth-booth berbagai merek teh biasanya hanya teh hitam dicampur susu yang dikocok beberapa saat dengan es batu.

The Last Ship

Sebuah virus yang lebih mematikan dari Ebola dan lebih menular dari SARS menyerang penduduk bumi. Belum ada vaksinnya. Penduduk dunia yang tewas karena virus bertambah dengan cepat dari hari ke hari. Harapan terakhir ada di pundak virolog Dr. Rachel Scott dan awak kapal USS Nathan James. Mereka berjuang mencari vaksin virus tersebut agar dapat segera diberikan kepada orang-orang yang terinfeksi. The Last Ship adalah tontonan yang tepat bagi wanita pencandu ketegangan tapi tidak ingin kehilangan hiburan wajah-wajah tampan. Marinir-marini kapal USS Nathan James adalah gambaran ideal pasukan angkatan laut. Taktis, kuat, gesit, lincah, serba bisa, dan lumayan punya rasa humor. Bagi para wanita, inilah salah satu serial yang memanjakan mata.