Langsung ke konten utama

The Google Story by David A Vise dan Mark Malseed


image courtesy of Amazon.ca
Seperti halnya kisah Microsoft yang bercerita banyak tentang Bill Gates & Paul Allen, Google Story mendedikasikan 5 bab untuk berkisah tentang Larry Page dan Sergey Brin, duo pendiri Google yang acap dipanggil Google Guys. 21 bab lainnya berkisah tentang Google sebagai perusahaan dan mesin pencari.
Google Story lebih memusatkan perhatian pada biografi mesin pencari bernama Google, dan bukan biografi Google Guys. Judul versi terjemahannya, Kisah Sukses Google, agak menjebak karena membuat saya berpikir isinya akan sangat membosankan. Tapi setelah membaca beberapa bagian, ternyata buku ini sangat menarik. Cara penuturannya mengambil sudut pandang jurnalis dan pengamat, sudut pandang yang sama dengan yang dipakai Simon Kuper dalam Soccernomics.

Vise & Manseed menerbitkan Google Story pada 2005. Saat itu Google belum mengakuisisi (alias mencaplok) Waze, Android dan Motorola. Dibanding saat ini, mereka dulu hanya menawarkan fasilitas mesin pencari dan email. Di 2005 mereka baru mengembangkan Blogger (hasil mengakuisisi PyraLabs dan Genius Labs), Picasa dan Google Maps. Setelah buku ini diluncurkan, barulah Google mencaplok Android (senilai $50juta di 2005) dan Youtube di 2006 (senilai $1.65milyar). Google di 2005 belum sesukses Google 2013 yang punya laboratorium di kompleks NASA.
Pada 1995 Larry Page dan Sergey Brin bertemu dalam orientasi mahasiswa baru Program Pascasarjana Stanford University. Saat dua jenius matematika dengan kepribadian bagai langit dan bumi bertemu, terjadilah perdebatan seru yang mengantar pada ikatan persahabatan dan mitra setara. Sergey yang terbuka dan mudah bergaul bisa melengkapi Larry yang pendiam dan agak tertutup.
Google berawal dari proyek Larry bernama PageRank yang menjadi inti dari mesin pencari terbesar di bumi hingga saat ini. Seperti resep rahasia ayam KFC dan campuran CocaCola, PageRank dilindungi dengan berbagai macam paten dan kontrak. Page dari PageRank diambil dari nama keluarga Larry. Google dibuat Larry dengan tujuan membantu setiap orang menemukan hal yang mereka butuhkan. 1997, Google yang bernama awal BackRub sudah dipakai oleh hampir semua civitas akademika Stanford dan dipatenkan dengan bantuan Office of Technology Licensing Stanford University. Tampilan awal putih polos sengaja dipilih Sergey agar orang merasa Google sebagai bagian dirinya.
1998, Google Guys yang menemukan bahwa Google semakin banyak dipakai memutuskan meminta bantuan dana kepada investor Andy Bechtolsheim untuk membeli hardware mentah yang bisa dirakit manual menjadi pusat database. Dana $1juta dari Bechtolsheim cuma bertahan setahun. Juni 1999, mereka menerima kucuran dana dari angel investor (pemodal pemula, hanya memberi modal dana kepada UKM dan start-ups yang sangat menjanjikan dengan imbalan kepemilikan saham dan janji untuk melantai di bursa efek) Kleiner Perkins dan Sequoia Capital senilai $25juta plus janji untuk mempekerjakan seorang CEO bagi Google dan menghasilkan keuntungan. Eric Schmidt dipilih menjadi CEO pada Juli 2011 oleh Larry dan Sergey.
Vise & Malseed menggambarkan betapa iritnya Larry &Sergey ketika membeli perangkat keras dan software akunting, tapi sangat royal dalam mengakuisisi start-up dan memanjakan karyawan. Sergey digambarkan sebagai ahli negosiasi, sedangkan Larry eksekutor handal. Kalau Sergey berfokus pada pemasaran dan pengembangan produk baru, Larry fokus pada tujuan awal Google melayani pencarian. Mungkin itu sebabnya Larry jadi CEO sedang Sergey Presiden Google X (Laboratorium produk aneh-aneh seperti Google Glass, MOTOACTIV, BatMobile pink dan sepatu bicara).
Filosofi Kooptasi Google ditonjolkan melalui strategi mereka yang memilih untuk bekerjasama dengan rival ketimbang saling bunuh ala Microsoft vs Apple. Mereka memilih berbagi penghasilan dengan AOL dan Ask Jeeves untuk melayani pencarian informasi. Hal ini terdengar asing di telinga pialang, manajer investasi dan reporter Wall Street, tapi bisa dipahami kalau tujuannya adalah tumbuh bersama-sama. Google tumbuh bersamaan dengan tumbuhnya jumlah pengguna internet. Daripada bersaing dan saling membunuh, kenapa tidak bersaing dan bekerjasama? Larry dan Sergey tidak rugi kalau harus membayar kompetitor seperti Apple atau membuat Android betul-betul gratis bagi Samsung, HTC, Sony, dan lain-lain. Semakin banyak pemakai internet, semakin banyak pengakses Google, semakin besar keuntungan mereka.
Pendapatan di Google sebagian besar dihasilkan dari iklan baris yang muncul saat kita mencari sesuatu lewat Google. Satu klik pada iklan baris hanya menghasilkan keuntungan $50 sen atau 500 rupiah. Betul. Anda tidak salah baca. Tapi ada sekian ratus juta pemakai internet, dan hanya dibutuhkan 1 diantara 15 orang untuk mengklik iklan untuk memberi keuntungan bagi Google.
Strategi Larry & Sergey berbagi keuntungan dengan pihak lain sampai saat ini sangat berhasil meningkatkan keuntungan Google. Sejak 2011 sampai sekarang, realitas keuntungan per lembar saham Google (earning per share, EPS) selalu di atas perkiraan Wall Street. Saham Google bisa dikategorikan saham yang terus naik pelan-pelan. Analis-analis Wall Street selalu menyertakan kekhawatiran akan nilai akuisisi yang dibayar Google terlalu besar (dulu Youtube, sekarang Motorola). Padahal akuisisi itu memang dimaksudkan untuk meningkatkan keuntungan di masa depan, bukan sekarang.
Cerita tentang Bill Gates dan Marissa Mayer cukup seru. Baik di Google Story maupun di biografi Steve Jobs, Gates & Microsoft digambarkan sebagai raksasa lamban yang egois, perusahaan purba yang menolak berubah dan menuju keruntuhan. Marissa Mayer diceritakan sebagai software engineer ambisius yang gemar berinovasi dan menyempurnakan produk (sekarang Mrs. Mayer sedang sibuk membunuh start-ups di Yahoo T.T ).
Kisah tentang saham Google selalu ada di hampir semua buku Manajemen Keuangan yang saya baca, tepatnya di bagian mengukur nilai wajar suatu saham. GOOG (kode Google di Wall Street) adalah contoh nyata sebuah saham suatu perusahaan yang dijual teramat sangat murah saat IPO (dijual di $85 per lembar, dengan harga wajar $110-150 per lembar) dan langsung naik ke harga wajarnya di $110 saat melantai akibat besarnya permintaan. Kisah GOOG ini selalu dipakai di setiap IPO perusahaan teknologi, termasuk Facebook, Baidu, Zynga, Groupon, dan lain-lain. Entah berapa banyak investor yang terjebak membeli saham keempat perusahaan tersebut dengan ilusi akan mendapat untung berlipat tiap tahun seperti GOOG.
Google Story hanya setebal 361 halaman, bisa langsung tamat dibaca dalam 1 minggu. Pembaca dapat menangkap inspirasi dan energi dari Google Guys dan orang-orang di sekitar mereka lewat buku ini.
Bagi yang tidak punya waktu untuk membaca, bisa menonton video Bloomberg Game Changers : Larry Page & Sergey Brin. Durasinya cuma 45 menit dan sudah memuat separuh cerita Google Story.
Cerita tentang Google adalah cerita tentang perusahaan yang sukses karena kemunculannya di saat yang tepat dan inovasi yang agresif. Kemampuan mengeksekusi inovasilah yang membuat suatu perusahaan bisa terus bermanfaat dan menguntungkan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bagus Serap Air

    Konsekuensi dari tinggal di kamar kos dekat pohon besar adalah kamar yang lembab. Begitu pula dengan kamar saya. Tepat di depan kamar menjulang pohon mangga. Kaum tetumbuhan setiap malam rajin mengeluarkan karbon dioksida dan uap air sepanjang hari. Tidak heran kamar saya menjadi lembab, rentan jamur, baju dan buku terancam lapuk.     Untuk itulah saya memerlukan desiccants alias penyerap lembab yang dapat menyerap uap air dengan kuat. Saya pun mencoba Bagus Serap Air varian 450 ml sekali pakai. Bahan Aktif yang digunakan ialah butiran kalsium klorida (CaCl). Hasilnya? Dalam waktu 30 hari satu wadah penuh terisi cairan air dan garam yang berasal dari kelembaban di kamar saya.

Teh Tarik

Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, minuman bernama teh tarik ini bisa dibilang barang baru. Minuman yang berasal dari campuran teh hitam dengan susu ini baru dikenal awal tahun 200an, saat beberapa restoran menawarkan menu-menu ala negeri jiran, terutama Malaysia dan Singapura. Teh tarik biasa disajikan bersama roti bakar dan wafel di restoran-restoran ini.     Teh tarik sering rancu diartikan sebagai teh susu. Walau benar sebagian, ada perbedaan kecil antara teh tarik dan teh susu. Teh tarik adalah teh susu yang dituang bolak-balik di antara dua gelas besar sehingga menghasilkan cita rasa yang khas. Teh susu yang biasa disajikan di booth-booth berbagai merek teh biasanya hanya teh hitam dicampur susu yang dikocok beberapa saat dengan es batu.

The Last Ship

Sebuah virus yang lebih mematikan dari Ebola dan lebih menular dari SARS menyerang penduduk bumi. Belum ada vaksinnya. Penduduk dunia yang tewas karena virus bertambah dengan cepat dari hari ke hari. Harapan terakhir ada di pundak virolog Dr. Rachel Scott dan awak kapal USS Nathan James. Mereka berjuang mencari vaksin virus tersebut agar dapat segera diberikan kepada orang-orang yang terinfeksi. The Last Ship adalah tontonan yang tepat bagi wanita pencandu ketegangan tapi tidak ingin kehilangan hiburan wajah-wajah tampan. Marinir-marini kapal USS Nathan James adalah gambaran ideal pasukan angkatan laut. Taktis, kuat, gesit, lincah, serba bisa, dan lumayan punya rasa humor. Bagi para wanita, inilah salah satu serial yang memanjakan mata.